Naskah Khotbah:
MENJADI TELADAN
(1TIMOTIUS 4:12)[1]
Oleh: Christian Y. F. Bu’ulölö
Nas Alkitab: 1Timotius 4:12 “Jangan
seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang
percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam
kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
Pendahuluan:
Beberapa
waktu yang lalu seorang pendeta besar di Amerika, pimpinan National Association
of Evangelicals, menuliskan sebuah surat kepada jemaat dan majelis gerejanya
dan sekaligus membacanyakannya di hadapan puluhan ribu jemaat yang dipimpinnya.
Demikian isi surat tersebut:
Jemaat New Life yang terkasih,
Saya sangat menyesal telah mengecewakan,
mengkhianati, dan menyakiti kalian semua. Saya menyesal telah memberi teladan
yang sangat buruk bagi kalian….. Saya sangat menyesal atas semua kejadian ini
yang telah membuat Saudara sekalian dipermalukan….. saya telah melakukan dosa
imoralitas seksual, dan saya bertanggungjawab sepenuhnya atas semua itu. Saya
adalah penipu dan pendusta. Dalam diri saya, ada bagian yang sangat gelap dan
menjijikkan yang saya lawan terus-menerus sejak remaja sampai hari ini.
Terkadang saya menikmati kemenangan dan sukacita karena bebas dari hal itu.
Tetapi terkadang sisi gelap itu kembali muncul, menjerat saya dengan
pikiran-pikiran yang bertentangan dengan segala sesuatu yang saya percaya dan
kotbahkan.
Karena
dosa yang diperbuatnya, sang pendeta akhirnya dipecat dari posisinya sebagai
Pendeta Senior di gereja yang ia bangun sendiri duapuluh tahun yang lalu. Coba
bayangkan jika saudari/i yang berada pada posisi pendeta tersebut!
Barangkali
saudara/i berkata, “unek-unek saya tidak
akan terbongkar, saya akan menjaganya sedemikian rupa !” Atau Saudara/i
berkata, “Bukankah Tuhan menjaga dan
melindungi aku di dalam naungan sayapnya, sehingga aku akan menjadi teladan
yang baik ?” Apapun
jawaban kita, survey membuktikan, tidak sedikit anak-anak Tuhan dan juga
hamba-hamba Tuhan, jatuh di tengah-tengah pelayanannya. TIDAK MENJADI TELADAN.
Keteladanan memberikan dampak yang
luar biasa, membawa perubahan yang nyata. Bahkan keteladanan adalah jawaban
terbaik atas fitnahan. Pada saat Plato dituduh hidup tidak bermoral, ia berkata
: “baiklah kita
harus hidup sedemikian rupa sehingga semua orang akan melihat bahwa tuduhan itu
tidak benar”. Ya, itulah cara terbaik menghadapi
fitnahan bahkan ancaman yang datang melanda.
Perintah – yang dalam bentuk kini aktif imperatif
– Paulus kepada Timotius dikarenakan:
- Efesus yang mapan dalam komunitasnya sebagai komunitas yang mendapat anugerah kewargaan Negara Romawi yang besar-besaran.
- Kota dengan sistem demokratis yang mapan, ada dewan kota (dewan besar), ada dewan pengadilan (dewan kecil), dll.
- Ilah-ilahnyanya (seperti:dewi Artemis, yang dikenal juga sebagai Diana, dengan 24 bundaran di dadanya; penemuan terkini menyatakan bahwa bulatan ini adalah telur burung unta, yang juga merupakan lambing kesuburan di desa-desa Yunani[3] yang terkenal, bahkan patung-patungnya jadi income bagi para pembuat patung.
- Kota terpenting di Propinsi Roma wilayah Asia, terletak di pantai barat Turki modern, memiliki pelabuhan yang baik (yang terbuka terhadap berbagai hal: nilai, sikap dan tujuan hidup) yang memungkinkan terjadinya berbagai sinkristisme.
- Memiliki gedung teater, perpustakaan. Pusat pendidikan.
- Ibadah kepada kaisar yg dimotori oleh wangsa Julius-Claudius dan kuil-kuil dibangun untuk menghormati kaisar Klaudius, Hadrianus dan Severus.
2. Keadaan di dalam gereja / persekutuan Kristen perdana.
- Guru-guru bidat dengan ajaran sesatnya. Ajaran-ajaran yang beredar dan berlawanan dengan ajaran para rasul, yang telah diketahui / dipelajari (termasuk juga jemaat di Efesus) oleh Timotius.
- Peribadatan.
- Para pejabat gereja.
- Etika hidup umat Tuhan.
3. Usia Timotius yang muda namun memiliki tanggungjawab yang besar.
Dari uraian di
atas, terlihat jelas bahwa Timotius sedang diperhadapkan dengan banyak
tantangan, baik dari dalam gereja, luar gereja dan juga dari dirinya sendiri. Tantangan ini
adalah bahaya besar bagi pelayanannya. Bahkan, ditambah lagi bahaya yang dilihat oleh Paulus dalam Roh tentang datangnya
kemurtadan, dengan tanda ajaran dan praktek asketis (4:8), memaksanya memberi
instruksi dan metode terbaik bahkan detail kepada Timotius untuk menghadapi
tantangan iman. Di antara[5]
instruksi-instruksi dan metode-metode tersebut adalah: “menjadi teladan dalam perkataan, perbuatan dan sikap”.
Setelah Timotius memiliki bekal yang mapan secara pengetahuan
terhadap Injil yang murni, Paulus memerintahkan dia untuk menjadi teladan. Di
sini kita bisa melihat bahwa, Paulus tidak mengabaikan pengetahuan atau
penggunaan logika terhadap kebenaran Injil. Namun logika yang berpetualang
mencari kebenaran iman harus tunduk kepada otoritas Injil, selain itu, Injil
harus dinyatakan dalam praksis hidup.
Paulus memerintahkan supaya kebenaran Injil itu berpadanan dengan
hidupnya, yaitu dengan menjadi teladan. Antara pengajaran (verbal) dan praktek
hidupnya (non-verbal) harus berimbang. Karena kedua hal ini tidak bisa dipisah.
Bahkan kalau didalami, verbal dan non-verbal itu satu dalam kesatuan, yaitu
sebagai perilaku. Hal itu dikarenakan:
1. Perilaku verbal dan non-verbal dirangkai satu sama lain.
Bukan hanya apa yang kita katakan
(ajarkan) penting, bagaimana kita mengatakannya juga sama pentingnya !
|
Semua terikat bersama di dalam
peristiwa komunikasi yang sama.
|
Bukan hanya apa yang kita katakan
penting, apa yang kita kerjakan juga sama pentingnya !
|
2. Sikap hidup / komunikasi non-verbal jauh lebih signifikan dari
yang biasa dipikirkan.
Jadi, bersama Donald Guthrie, kita
bisa mengatakan: “bahwa dibandingkan
usaha memerangi mitos-mitos bodoh dari para guru palsu, pengaruh teladan –
Timotius – akan lebih kuat melawan mereka”[6].
Dengan demikian, satu saja tindakan ceroboh, satu saja luapan
emosi watak yang tiba-tiba, atau satu saja tindakan pura-pura akan merusakkan
bahkan menghancurkan berita yang disampaikan oleh Timotius.
Analisa teks:
“Jangan seorang pun menganggap
engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam
kesucianmu.”
Kepada Timotius diharuskan untuk berperilaku menurut
standar-standar yang ditentukan dan dinyatakan oleh Allah di dalam kitab suci.
Sikap yang bersifat bibliosentris (sola
scriptura) / theosentris.
Kalimat: Jangan seorang
pun menganggap engkau rendah karena
engkau muda berkasus kini aktif imperatif, yang
mau menjelaskan: “usaha
yang sedang dan atau berulang-ulang dilakukan untuk tidak dianggap rendah. Timotius
sendirilah yang harus melakukan. Ini adalah perintah / permintaan yang tegas.
Keinginan Paulus supaya Timotius tidak dianggap rendah bisa terwujud ketika
Timotius menggunakan kehendak keteladanannya untuk mempengaruhi kehendak orang
lain”.
Muda (Yun: νεοτητος): dalam kemiliteran, kata ini adalah batas usia
masuk militer hingga umur 40 tahun. Diperkirakan Timotius bertobat dan menjadi
rekan kerja Paulus tahun 48 dan berumur 20 tahun. Jika perkiraan bahwa surat
ini ditulis tahun 63 benar, maka diperkirakan juga bahwa umur Timotius pada
saat itu 35 tahun[7]. Dia
harus memberi instruksi kepada orang yang lebih tua dari dia, jemaat bahkan pra
pejabat gereja.
Selain karena masalah umur, Paulus diperintahkan supaya jangan
ada yang mencemoohkan dirinya juga karena masalah tentang kepribadiannya.
Kepribadian Timotius, menderita penyakit (sehingga disuruh minum sedikit anggur
memperlancar pencernaan), pemalu, lebih cenderung dipimpin. Dan juga karena
orang muda dipandang dengan kecurigaan tertentu.
Jadilah teladan (Yun: τυπος): yang
diterjemahkan teladan juga berarti: model, gambar, ideal atau pola.
Perkataan (Yun: λογω): apa yang dikatakan.
Tingkah Laku (Yun: αναστροφη): cara hidup, perilaku.
Kasih (Yun: αγαπη): berbicara tentang tindakan yang dilakukan secara
ikhlas tanpa dipengaruhi keadaan. Kasih ini tidak dapat ditahan. Kasih ini
berbicara tentang kepedulian.
Kesetiaan (Yun: πιστει; padanan kata pistis yang artinya iman): berbicara
tentang ketetapteguhan / ketahanan dalam mempertahankan keyakinan walaupun
situasi tidak mendukung.
Kesucian (Yun: αγνεια): berbicara tentang cara hidup yang sesuai dengan
standar Kristus, istilah umum bagi kehidupan yang benar.
Timotius harus
teladan baik secara verbal maupun non-verbal. Sikap “perkataan dan tingkah laku” harus terlihat dalam “kasih, kesetiaan dan kesucian” hidup.
Dari perintah Paulus ini, jelas bahwa: “kewibawaan kepemimpinan
tidak terletak pada hal-hal lahiriah (mis., kekayaan,
penggunaan kekerasan, kepintaran, etc.,) tetapi dalam keteladanan hidup”.
Penutup
Sejarah membuktikan bahwa: mis., berkat keteladanan dari Pdt. Laszlo Tokes,
Pdt. Peter Dugulescu, Pemuda Daniel Gavra membuat tersingkirkannya gerakan
komunisme yang dipimpin oleh Nicolae Ceausescu (tahun 1970-an) di Rumania. Tepatnya,
peristiwa reformasi yang digerakkannya (Pdt. Laszlo Tokes) itu mulai pada tahun
1987dan mencapai klimaksnya pada malam menjelang natal 1989. Hal ini bisa
kita bandingkan dengan keteladanan dari para reformator dalam membaharui ajaran
gereja dengan prinsip sola scriptura,
sola fide, sola gratia.
Di Efesus, berkat keteladanan Timotius dan dibantu dengan rekannya yang
lain, menjadikan Efesus sebagai pusat kekristenan di Asia, bahkan di kemudian
hari, Yustinianus membangun sebuah gereja di situ, yang dikhususkan bagi rasul
Yohanes. Kelalaian untuk menjadi teladan dari para pemimpin berikutnya membuat
kekristenan di Efesus kehilangan kasih, bahkan kini tinggal sejarah, gereja
yang ada di Efesus diganti dengan sebuah mesjid Persia.
Kita sebagai tenaga yang sedang
diproses – bahkan yang sudah menjadi hamba Tuhan – walaupun kita dari segi usia relatif muda marilah kita menjadi teladan. Keteladanan
memberikan dampak yang luar biasa, membawa perubahan yang nyata. Bahkan
keteladanan adalah jawaban terbaik atas fitnahan. Baiklah pengetahuan kita
tentang kebenaran Allah kita wujudnyatakan dalam praksis hidup. Injil itu harus
berpadanan dengan hidup kita. Biarlah kita jangan hanya sebagai penyampai
kebenaran itu, tetapi sekaligus pelakunya. Satu saja
tindakan ceroboh, satu saja luapan emosi watak yang tiba-tiba, atau satu saja
tindakan pura-pura akan merusakkan bahkan menghancurkan berita yang disampaikan
oleh Timotius. Kewibawaan kepemimpinan tidak terletak pada hal-hal lahiriah
(mis., kekayaan, penggunaan kekerasan, kepintaran, etc.,) tetapi dalam
keteladanan hidup”.
Kalau keteladanan memberikan dampak yang besar / luar
biasa, kenapa anda / kita tidak menjadi teladan ?
[2] Di Efesus ini, di kemudian hari,
Yustinianus membangun sebuah gereja di situ, yang dikhususkan bagi rasul
Yohanes, lalu gereja itu juga diganti oleh sebuah mesjid Persia.
[3] John Stambaugh dan David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-4, 2008), hlm.183.
[4] Misalnya Hieronimus dalam 1:20.
[5] Hal tersebut adalah: bekerja sama dengan saudara/i; menjauhi takhayul;
Membangun kehidupan jemaat dan menjadi
teladan dalam perkataan, perbuatan dan sikap; bertekun dalam pelayanan dan
membangun atau mengembangkan karunia yang ia miliki.
[6] Donald Guthrie, Pengantar Pernjanjian Baru Volume 2 (Surabaya: Momentum,
cet. I., 2009), hlm.232.
[7] M. E. Duyverman, Pembimbing ke Dalam
Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-18, 2010),
hlm.164.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar