RIWAYAT
HIDUP JOHN WESLEY (BAPA GEREJA METHODIS)
Oleh : Danarius Harefa, Matatias
Laoli & Methamastarina Daeli.
M. Kuliah :
Gereja dan Aliran
A. Pendahuluan
Sejak penciptaan sampai sekarang, siklus kehidupan
sejarah kekristenan bagaikan roda yang berputar. Ada kalanya di titik bawah dan
kadang di titik atas. Demikian juga kehidupan iman kekristenan pada akhir abad
ke-17, yang mengalami kekakuan, ke-suam-suam-an[1].
Kehadiran gerakan pietism membangkitkan kembali “dentuman” suara tokoh-tokoh
reformator (misl., M. Luther), dan melahirkan Gereja Metodis yang dipimpin oleh
John Wesley. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan riwayat John W., sang
pendiri metodis, beserta satu tokoh yang memiliki andil besar dalam hidupnya,
berdasarkan data-data yang ada.
B. Riwayat
Hidup John Wesley
John
W., lahir pada 17 Juni 1703, di Epworth, anak dari Samuel Wesley (pendeta
Gereja Anglikan, jemaat Epworth, di Lincolnshire, Inggris) dan Susanna
Annesley.[2]
Peristiwa terselamatkannya John W. dari kebakaran rumah mereka membuat ibunya
melihat John W. Sebagai “‘puntung yang telah ditarik dari api’, yang
diselamatkan untuk tugas khusus”.[3]
Ia adalah pengkhotbah yang bersemangat, cakap dalam memimpin organisasi dan
hidup saleh[4].
Tahun
1714-1720, belajar di Chartehouse School di London. 1724 menyelesaikan sarjana
mudanya di Christ Church, Oxford dan tahun 1725 ditahbiskan – atas saran
ayahnya – ia menjadi diakon. Tahun
1726 diangkat menjadi asisten dosen[5]
di Lincoln College, Oxford, sambil menyelesaikan program sarjananya.[6]
Selama menjadi asisten doses dan menyelesaikan program sarjananya, ia tertarik
pada tulisan-tulisan mistik[7].
Tahun 1727, ketika ia telah menyelesaikan program sarjananya, ia diangkat
menjadi imam pembantu pada ayahnya yang sudah tidak kuat lagi, dan tahun 1728
diangkap menjadi presbiter.[8]
Tahun
1729, ia kembali ke Oxford dan ia[9]
membentuk kolompok Klub Kudus[10],
perkumpulan bagi mereka yang serius mengenai pelaksanaan agama dan terlibat
dalam memperhatikan masalah-masalah sosial (misl., kunjungan ke Rumah Sakit).
Yang diadakan sekali seminggu, pada hari Minggu petang.[11]
Kelompok ini adalah kelompok yang ketat dengan peraturan, dan mengharuskan
supaya semua anggota menaatinya. Karena ke-disiplin-an yang ketat ini, mereka
disebut metodis.[12]
Tahun
1735, sesudah ayahnya wafat, ia menginjili suku Indiandi Georgia, Amerika, namun
tidak memiliki hasil apapun.[13]
Dari
percakapannya dengan orang Moravia[14],
John W. bisa dipastikan – dan menurut pengakuannya sendiri – belum memiliki
keyakinan sepenuhnya akan keselamatan pribadinya. 20[15]
Mei 1738 dapat dikatakan sebagai hari “lahir baru” John W. ketika tulisan M.
Luther, Pengantar Surat Paulus kepada Jemaat Roma, dibacakan oleh Peter Bohler,
pendeta Moravia, dan dia mengaku “suatu perasaan diberikan kepadaku bahwa Ia
telah menghilangkan dosaku, dan telah menyelamatkan aku dari hukum dosa dan
kematian”. Bagi John, kepastian
keselamatan adalah dasar agama
kristen.[16]
Sesudah pertobatannya ini, ia mengunjungi Hernhurt, pusat Pietisme Jerman dan juga
melepaskan diri dari gereja Anglikan.[17]
Bersama
dengan Charles W. (adik John, yang bertobat tiga hari sebelum John bertobat,
juga pengarang nyanyian gereja terbesar di Inggris) dan George Whitefield,
mulai mengkhotbahkan tentang pesan
kesematan oleh iman dalam Yesus Kristus. Khotbah / ajaran mereka ini dianggap
sebagai sesat di saat itu. Cap sesat yang diberikan kepada mereka
dikarenakan ajaran mereka tidak sejalan dengan ajaran gereja pada saat itu.
Gereja di Inggris telah mengalami kemunduran moral dan agama, kebanyakan
pendeta hanya mengkhotbahkan moralisme yang kosong. Ajaran John W., dkk, selain
dianggap sesat, juga dianggap bagaikan tiupan
sangkakala yang nyaring untuk kembali kepada Injil yang menarik banyak
pengikut.
Karena
dilarang berkhotbah di gereja-gereja, John W., dkk, berkhotbah di lapangan terbuka,
dan menjangkau orang yang tidak terjangkau oleh gereja. Penjangkauan orang yang
tidak terjangkau oleh gereja ini adalah metode yang efektif – pada saat itu –
untuk menyebar-luaskan ajaran mereka. Mereka penjadi pengkhotbah keliling,
bahkan John sendiri menempuh ± 5.000 mil perjalanan setiap tahunnya untuk
menyebarkan ajarannya.[18]
Melihat perjuangan John ini, ia sering dijuluki, Pengendara Kuda Allah. Ia merasa pantas, harus dan benar juga untuk
menyampaikan Injil kepada siapa saja orang yang ditemuinya jika orang itu
berkenan. Awal pelayanannya adalah masa-masa sukar, karena sering dilempari
dengan batu. Di usia 87 tahun pun, ia masih tekun untuk berkhotbah. Jadi, dapat
dikatakan bahwa ketika mereka mendapat perlawanan dari gereja-gereja Anglikan,
pada saat yang bersamaan juga mereka mendapat dukungan / pengikut dari
masyarakat setempat.
Karena
sikap permusuhan yang diperlihatkan oleh gereja utama Inggris, akhirnya, John
W., dkk, memisahkan diri dan mendirikan sebuah gerakan di Moorfields, London. Yang dinamai Methodisme.[19]
Melihat pengaruh gerakan mereka ini, gereja-gereja (Anglikan, Presbiterian,
Kongregasionalism dan Baptis) lain juga mengalami kebangkitan gairah dan
berkembang dengan pesat.[20]
Selain di bidang kerohanian (ke-gereja-an), pengaruh John W. dkk, juga terlihat
di aspek sosial yang lain, moral bangsa ikut berubah.[21]
Teologi John W.,
ditandai menekankan pendamaian Kristus
yang universal.[22]
John W., meninggal dunia pada tanggal 2 Maret 1791.
C. Susanna
Annesley, Tokoh Yang Berpengaruh Dalam Hidup John Wesley
Di balik
keberhasilan John Wesley ini, satu tokoh yang tidak bisa diabaikan adalah
ibunya, Susanna Annesley. Susanna seorang yang saleh dan memiliki pendidikan
yang tinggi. Ia menguasai bahasa Yunani, Latin dan Perancis, cakap menulis
serta berpidato. Keahlian ini dia turunkan langsung kepada anak-anaknya yang
memang langsung mengenyam pendidikan dasar di bawah asuhannya. Di kemudian
hari, jasanya ini dikenang oleh gereja-gereja Metodis, dan bahkan juga
dirasakan oleh ibu-ibu selanjutnya dalam gereja Metodis. Sampai-sampai gereja
Metodis sendiri memberikan penghargaan yang tinggi terhadap peran ibu dalam
pendidikan di keluarga, bahkan banyak kegiatan gereja yang dilakukan dalam
rangka penghormatan terhadap para ibu.[23]
D. Kesimpulan
Kehadiran John Wesley telah memberikan pengaruh yang
besar bagi kebangungan rohani pada zamannya yang mengalami kemunduran /
kesuam-suaman iman. Keberhasilan John sampai saat ini masih ada, bukan hanya
Gereja Metodis yang masih eksis, tapi juga karya-karya tulisnya. Dan ibunya,
Susanna, adalah orang yang turut memberikan sumbangan yang besar dalam
keberhasilan John Wesley, yaitu menurunkan / mengajari segala bakat dan
kepintaran yang ia (Susanna) miliki.
Daftar Pustaka:
1. Aritonang,
J. S., Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-10, 2010.
2. Berkhof
H., dan Enklaar, I. H., Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-12, 1994.
3. Curtis
A. K., et al, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, terjemahan.
A. Rajendran, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-2, 2002.
4. End,
Th van den, Harta Dalam Bejana: Sejarah
Gereja Ringkas, Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-14, 2000.
5. Lane,
Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2001.
6. Wellem, F. D., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, cet., ke-6, 1998.
file wordnya bisa dilihat di sini.
[1] J. S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-10, 2010), hlm.146-147, Th van
den End, Harta Dalam Bejana: Sejarah
Gereja Ringkas (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-14, 2000), hlm.239.
[2] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-6, 1998), hlm.241, Tony
Lane, Runtut Pijar (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2001), hlm.179.
[3] Tony Lane, Runtut Pijar, hlm.179. Bandingkan dengan
pernyataan Curtis, ddk mengenai peristiwa ini yang menanggapinya dengan “api
yang dipetik dari kebakaran itu” dalam A. Kenneth Curtis et al, 100 Peristiwa
Penting Dalam Sejarah Kristen, terj. A. Rajendran (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, cet., ke-2, 2002), hlm.110.
[4] F. D. Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam
Sejarah Gereja, hlm.241.
[5] Mengajar bahasa Yunani.
Bdk., J. S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja, hlm.150.
[6] F. D. Wellem, ibid., hlm.241.
[8] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.241.
[9] Bandingkan uraian dalam
Runtut Pijar yang menyatakan ia adalah
salah satu pendiri. Tony Lane, Runtut
Pijar, hlm.179.
[10] Menurut penuturan Curtis
dkk, Charles Wesley, adik John Wesley lah yang memulai persekutuan ini, dan
kemudian dipimpin oleh John W., dan bahkan dengan tegas J. S. Aritonang
mengatakan bahwa Charles yang memimpin [merintis] gerakan ini. A. Kenneth
Curtis et al, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen, terj.
A. Rajendran, hlm.110, J. S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, hlm.150. Hanya satu alasan yang
masuk akal untuk hal ini – sebagaimana disinggung selanjutnya – adalah karena
John cakap berorganisasi.
[11] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.241, Tony Lane, ibid., hlm.179, J. S. Aritonang, ibid., hlm.150.
[12] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.241. Sebutan ini akhirnya digunakan sebagai nama gerakan / aliran yang
dipimpin oleh John W., dkk. Dalam bahasa Curtis dkk, mereka disebut metodis
karena menggunakan metode-metode keras dalam mencari kesucian. Bdk., A. Kenneth
Curtis et al, ibid., hlm.110.
[13] F. D. Wellem, ibid., hlm.242, Tony Lane, Ibid.,
hlm.179.
[14] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.242, Tony Lane, Ibid., hlm.179.
[15] Bandingkan catatan dalam
Runtut Pijar, hlm.180, Berkhof-Enklaar, tanggalnya bukan 20 tetapi 24. H.
Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, cet., ke-12, 1994), hlm.251.
[16] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.242, Tony Lane, Ibid., hlm.180.
[17] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.242.
[18] Menurut Curtis dkk, dia
mengadakan perjalanan sejauh 250.000 mil dengan menunggang kuda, dan mengajar
di seluruh Inggris dan Skotlandia. Bdk., A. Kenneth Curtis et al, ibid.,
hlm.111.
[19] F. D. Wellem, ibid.,
hlm.243.
[20] Th van den End, ibid.,
hlm.239, H. Berkhof dan I. H. Enklaar, ibid., hlm.253.
[21] Tony Lane, Ibid., hlm.180-181.
Menurut Curtis dkk, John yang memiliki penghasilan besar untuk tulisan yang
telah diterbitkannya tetap hidup sederhana dan bahkan memberikan apa yang ia punya
terhadap orang-orang miskin. Bdk., A. Kenneth Curtis et al, ibid., hlm.111.
[22] F. D. Wellem, ibid., hlm.243.
[23] J. S. Aritonang, ibid., hlm.149.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar