ORANGTUA SEBAGAI PENDIDIK BAGI ANAKNYA
Oleh:
Ishak Natan dan Karyanto Gunawan
“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
bangun.” (Ulangan 6:6-7).
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan” (Efesus 6:4).
“Didiklah orang
muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.” (Amsal 22:6).
Bagian Kitab Suci
yang kami kutip di atas dengan jelas memperlihatkan peran dan tugas orangtua
dalam hal mendidik anaknya dengan “kurikulum” yang berhubungan dengan perintah Tuhan atau ajaran dan nasihat
Tuhan, agar anak-anak menjadi pribadi yang mengasihi / menghormati Tuhan dengan
melakukan perintah / ajaran dan nasihat Tuhan dalam kehidupan mereka. Pada
bagian lain di Keluaran 12:24-28, kita dapati bagaimana Tuhan memerintahkan
para orangtua Israel untuk menjawab pertanyaan anak-anak mereka yang
berhubungan dengan masalah ibadah / iman mereka.
Kami yakin pembaca INKOM (khususnya yang sudah
lama menjadì murid Kristus) tahu ayat-ayat Kitab Suci tersebut, sehingga tahu
bahwa kepada kita, para orangtua, Tuhan memberikan peran sebagai pendidik bagi
anak-anak yang Tuhan titipkan dalam keluarga kita. Masalahnya adalah apakah hal-hal
yang harus kita perhatikan agar kita menjadi pendidik yang efektif bagi anak
kita.
1. Mulailah Sejak Dini.
Perkembangan moral seorang anak bertumbuh
melalui tahapan-tahapan tertentu. Karena itu sejak dini isilah hati dan pikiran
anak dengan kisah-kisah dari Alkitab dengan menceritakannya. Bagi anak yang
sudah dapat mengerti kata benda / kerja / sifat yang abstrak, seperti: mengasihi, membenci,
pandai, bodoh, rajin, malas; ajaklah anak untuk membaca bersama kitab Amsal
secara berkala diselingi dengan tanya-jawab.
Mengapa kitab Amsal ? “Untuk mengetahui hikmat dan didikan,
untuk mengerti kata-kata yang bermakna, untuk menerima didikan yang menjadikan
pandai, serta kebenaran, keadilan dan kejujuran, untuk memberikan kecerdasan kepada
orang yang tak berpengalaman, dan pengetahuan serta kebijaksanaan kepada orang muda.”
(Amsal 1:24).
Kitab Amsal berjumlah 31 pasal. Bacalah
bersama anak setiap hari satu pasal, yaitu pasal yang sesuai tanggal hari
tersebut (sedikit berubah untuk bulan dengan jumlah hari bukan 31 hari).
Lakukan tanya jawab sesudahnya mengenai hal-hal yang ia mengerti dalam rangka
membangun sifat patuhnya (obedience). Kegiatan ini hanya memerlukan waktu
sekitar 15-30 menit per hari. Inilah investasi yang paling bernilai yang kita
dapat lakukan sebagai orangtua bagi anak, daripada membiarkannya berjam-jam
nonton film kartun di televisi.
2. Teladan Orangtua.
“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini haruslah engkau perhatikan.” (Ul. 6:6). “Kamu harus memegang ini sebagai
ketetapan……..” (Kel. 12:24). Sebelum orangtua berperan sebagat pendidik bagi
anaknya, maka orangtua haruslah menjadi pribadi yang terlebih dahulu
memperhatikan / memegang / mematuhi perintah Tuhan. Orangtua haruslah terlebih
dahulu menjadi murid Kristus, bila ia ingin menjadi pendidik yang efektit dalam
proses pemuridan anak-anaknya menjadi murid Kristus.
Teladan kehidupan orangtua adalah metode
yang paling efektif dan aman dalam mendidik anak. Sebuah pepatah berkata
demikian: You may train your child by what you say, or by what you do; but you
train them most by what you are. Atau mungkin Anda pernah mendengar ungkapan:
Like father like son. Salah satu faktor pemicu yang membangkitkan amarah anak
kepada orangtuanya (khususnya kepada ayah) adalah absennya tetadan orangtua
dibalik perintah-perintah / kehendak orangtua kepada anaknya.
Timbul pertanyaan bagaimana bila orangtua
yang di dalam ketidaksempurnaannya sebagai manusia melakukan suatu perbuatan
yang tidak sesuai dengan perintah / ajaran / nasihat Tuhan, dan perbuatari itu
diketahui oleh anaknya ? Dalam kasus demikian, kami yakin anak akan tetap
menghormati orangtuanya, bila orangtua segera
bertobat, menunjukkan penyesalan yang mendalam, dan dengan rendah hati mengaku
di hadapan anak.
3. Berulang-ulang di Setiap kesempatan.
Mengapa berulang-ulang ? Karena kita semua
menyadari, bahwa adalah sebuah kemustahilan untuk membentuk karakter / moral /
kerohanian seseorang hanya dalam satu kali langsung jadi. Repetition is the
mother of skill and character, demikian kata Rick Warren.
Bagian ini secara implisit mengingatkan
kita para orangtua, bahwa untuk membentuk satu pribadi yang berkenan kepada
Tuhan diperlukan waktu, perlu sebuah proses, jangan mengharapkan hasil secara
instan. Bandingkanlah bila kita ingin menghasilkan sebuah film yang baik, yang
berkualitas, pasti diperlukan banyak waktu, apalagi ingin membentuk satu
pribadi yang hidupnya mengasihi Allah dan sesamanya.
Berikut ini adalah intisari dari buku
Training Your Children for Christ yang ditulis oleh
William Booth.
Prinsip-prinsip Mendisiplin Anak:
- Pastikan perbuatan “apa” yang salah.
- Pastikan bahwa perbuatan salah itu
dilakukan dengan sengaja.
- Lakukan pendisiplinan sedini mungkin
setelah anak bersalah, jangan menunda.
- Hukuman yang diberikan harus memberi
efek jera agar perbuatan salah itu tidak diulangi lagi.
- Pakai “tongkat didikan” dimana perlu,
dan imbangi dengan ungkapan kasih segera setelah itu. Amsal 1 3:24 berkata
“Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya tetapi siapa
mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. (Bandingkan Amsal 22:15,
23:13-14, 29:15).
- Jangan mendisiplin anak bila orangtua dalam
keadaan letih atau marah.
- Jangan
diulur menjadi konflik berkepanjangan. Pendisiplinan yang cepat mempercepat
proses ketaatan daripada dibiarkan.
Hal-hal “JANGAN” yang Perlu Orangtua
Ketahui:
1.
Jangan
sekali-kali mengutamakan hal-hal duniawi dan sementara lebih daripada hal-hal
surgawi dan kekal.
2.
Jangan
ditipu diri sendiri, bahwa membirkan anak semaunya akan membuatnya menjadi
pribadi baik dan rela berkorban.
3.
Jangan
berharap anak yang keras hati akan tunduk pada Tuhan dan orangtua, tanpa
kesabaran dan doa orangtuanya.
4.
Jangan
berpikir anak tidak tahu kalau hidup Kristen Anda palsu dan pura-pura.
5.
Jangan
berharap karakter anak akan Iebih baik dari contoh hidup Anda sendiri dan teman
sepergaulannya.
6.
Jangan
cemari “keindahan” hati anak dengan “kecantikan palsu” dunia.
7.
Jangan
isi pikiran anak dengan “superioritas” atas teman sekolah, sepergaulan dan
orang sekitarnya.
8.
Jangan
jadikan anak letaki “raja kecil” atas saudaranya yang perempuan
9.
Jangan
bisiki anak perempuan bahwa tujuan utama hidup hanyalah perkawinan.
10. Jangan manjakan anak berlebihan.
11. Jangan berargumentasi di hadapan anak dengan
pasangan hidup kita
12. Jangan pilih kasih di antara anak-anak.
13. Jangan segan mendisiplin kalau anak berjalan
di jalan sesat, atau mendambakan sesuatu yang salah menurut Anda sebagai orangtua,
walaupun mesti ribut dengannya.
Sebagai penutup, patut kita semua ketahui,
bahwa tugas yang paling utama dari orangtua Kristen bukanlah menjadikan
anak-anaknya beragama Kristen, melainkan hiduplah secara Kristen dengan
konsisten. Ketika anak-anak melihat keagungan iman dan keindahan kehidupan
orang-orang yang percaya kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, maka
anak-anak pun akan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka secara
pribadi. Kiranya Allah Tritunggal menganugerahkan rahmat dan hikmat-Nya agar
kita dapat menjadi orangtua-orangtua yang berkenan kepada-Nya.
Ishak
Natan, masuk jurusan Teknik
Sipil Universitas Kristen Petra sebagai angkatan pertama tahun 1962, dan
menyelesaikannya di Technische Universitaet Berlin, Germany tahun 1974. Di kota
Berlin beliau ditangkap oleh Gusti Yesus di persekutuan mahasiwa Jerman. Balik
ke Indonesia melibatkan diri dengan pelayanan mahasiswa Perkantas Jatim serta
menjabat kepengurusannya. Setelah berkecimpung sekitar 20 tahun sebagai Pembina
Alumni, engineering consultant, management trainer & business mentor,
beliau sekeluarga kemudian bermigrasi ke Selandia Baru. Bermukim di Selandia Baru
sampai sekarang, beliau menyaksikan hancurnya Judeo-Christian values yang berimbaskan
rontoknya kehidupan keluarga dan kehidupan moral masyarakat western civilization.
Sambil berselancar di dunia maya (internet), Tuhan Yesus masih memberikannya kemampuan
meraih Graduate-Diploma In Theology bridging to M.Th (2009) from Laidlaw College
(formerly BCNZ) and Bronze Medallion (2008) from Koinonia Institute (US).
Karyanto
Gunawan, alumni Teknik Sipil UKP
angkatan 1982. yang kemudian terpanggil menjadi hamba Tuhan dan melanjutkan
studi di Seminari Alkitab Asia Tenggara Malang. menikah dengan Hanny Lilihata dan
dikarunia dua arang anak, Monica Jasmine Gunawan dan Sebastian Elson Gunawan. Sekarang
melayani sebagai Pendeta dan Sekretaris Umum BPH Majelis sinode Gereja Kristen
Kalam Kudus di Jakarta.