follow me via twitter

Jumat, 21 Juni 2013

DINASTI YESUS


LAPORAN BACAAN BESERTA TANGGAPAN REFLEKTIS
Judul Buku               : DINASTI YESUS: Sejarah Tersembunyi Yesus, Keluarga
  Kerajaan-Nya, dan Kelahiran Kekristenan.
Penulis                      : James D. Tabor
Penerbit                    : Gramedia, 2006
Jumlah Halaman     : xxvii + 430.
Mata Kuliah             : Teologi Perjanjian Bari – 1

Buku karya James D. Tabor (selanjutnya disebut Tabor) ini didedikasikannya untuk Albert Scheweitzer (1875-1965), yang banyak memberikan sumbangsih pemikiran kepada Tabor dalam mengadakan riset ini. Dengan kata lain, riset ini berdasar pada pemikiran A. Schweitzer[1].
Tabor adalah Ketua Jurusan Studi Keagamaan di Universitas North Carolina[2], Charlotte, AS. Meraih gelar Ph.D. dalam bidang studi Biblika di Universitas Chicago. Dia juga ahli Naskah-naskah Laut Mati. Ini adalah salah satu karyanya yang menggugah tradisi kepercayaan yang selama ini dipegang oleh kekristenan.
Sebagai seorang sejarawan (sejarawan yang menelusuri sejarah isi iman yang diimani) kekristenan, ia memisahkan historitas kepercayaan dengan kepercayaan itu sendiri. Dengan kata lain, usahanya ini bukan untuk membuktikan “iman” melainkan pembuktian terhadap sejarah. Karena titik tolaknya adalah sejarah, maka studinya menggunakan artefak (osuarium, tulisan dan gambar kuno), buku-buku ekstra-kanonik (Injil Gnostik, Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Barnabas, Kitab Didakhe, tulisan-tulisan kaum Eseni, dan teks-teks purba yang lain seperti Naskah Laut Mati). Sebagai seorang yang ingin tahu tentang Yesus, perjalanannya ke Yerusalem pada masa remaja memicu dirinya untuk mencari tahu siapa Yesus sebenarnya.
Sebelum Tabor melakukan ekskavasi, pada tahun 1926, 1980 telah ditemukan beberapa osuarium. Salah satunya berinskripsi Yesus anak Yusuf. Penemuan-penemuan ini terkenal dengan istilah penemuan makam Talpiot. Di atas  makam ini, telah dibangun apartemen. Walaupun demikian, masih bisa diakses dengan menggunakan robot kamera melaui ventilasi yang ada.
Di bagian pengantar buku ini (halaman 1-41), Tabor memulai tuturan risetnya. Pada 14 Juni 2000, dia dan rekan-rekannya dalam ekskavasi tersebut menemukan: gambar-gambar tentang Yohanes Pembaptis paling awal; kerangka manusia dengan kain kafannya yang masih utuh, osuarium lain yang tidak diperhatikan namun mengandung inskripsi Maria, osuarium dengan inskripsi Salome, serta tulang-belulang yang lain, yang berserakan tanpa osuarium. Pihak Israel Antiquites Authority (IAA; Otoritas Kepurbakalan Israel) hanya mengijinkan kain kafan untuk dibawa oleh Tabor dan rekannya untuk diuji dengan carbon-14. Kain kafan ini diuji dan pada 09 Agustus 2000, hasilnya test di laboratorium menunjukkan bahwa benda ini berasal dari abad pertama Masehi.
Dikemudian hari, mereka dengan tim yang lengkap (ahli antropologi forensik, tekstil, spesialis uji DNA, paleobiologi dan epigrafi) mereka kembali ke situs tersebut serta ke osuarium yang telah diambil oleh pihak IAA dan disimpan dalam museum. Testing mereka terhadap osuarium yang masih utuh dan lengkap dengan kain kafan tersebut menghasilkan kesimpulan yang menyatakan bahwa ciri-ciri orang tersebut adalah: orang yang kini tinggal tulangnya itu bergender laki-laki, dewasa, golongan aristokrat, menderita lepra, hidup sezaman dengan Yesus, meninggal karena penyakit tuberkulosis.
Osuarium yang disahkan pada bulan Oktober 2002 dinyatakan berinskripsi Yakobus, anak dari Yusuf, saudara dari Yesus. André Lemaire, profesor bahasa-bahasa Semitik di Universitas Sorbonne, beserta Shanks dan timnya yang diijinkan membaca inskripsi tersebut meyakini bahwa inskripsi tersebut asli tulisan / goresan pada zaman purba bukan hasil pemalsuan. Tabor menyimpulkan bahwa osuarium ini (ditambah dengan inskripsinya yang jelas) punya kontak dengan tulang belulang yang lengkap dengan kain kafannya. Osuarium ini diambil dari situs tersebut. Untuk mengkonfimasi kebenaran ini, telah diusahakan untuk melakukan test DNA terhadap osuarium yang inskripsinya Yakobus, anak Yusuf, saudara Yesus, namun pihak IAA tidak menginjinkannya.
Kunjungannya kembali ke Israel tahun 2004 dalam rangka ekskavasinya, menemukan bahwa satu osuarium yang berasal dari Makam Talpiot dengan kode IAA 80.509, tidak ada. Dan Tabor menduga bahwa osuarium milik Oded Golan, dengan inskripsi Yakobus, anak Yusuf, saudara Yesus osuarium yang hilang dari museum Israel tersebut.
BAGIAN I
PADA MULANYA ADALAH SEBUAH KELUARGA
Dalam penelusurannya tentang permulaan keluarga Yesus, Tabor merekonstruksi susunan kitab injil, dengan hasil: Injil Markus ditulis tahun 70 M., Injil Matius ditulis tahun 80 M., Injil Lukas ditulis tahun 90 M dan Injil Yohanes di akhir abad I M. Selain dari teks kanonik ini, kitab-kitab ekstra-kanonik juga digunakan untuk meneliti sejarah, diantaranya: Injil Thomas yang ditemukan tahun 1945 di Mesir, Injil Matius dengan versi Ibrani yang hanya beredar dikalangan para rabi, sekitar 6 injil “Apokrif” yang ditulis pada abad ke-2 dan ke-3.
Dalam BAGIAN I ini, Tabor menjelaskan bahwa Seprofis adalah kota kelahiran Maria (anak dari Yoakhim dan Hana) yang terlupakan. Kota ini adalah kota utama pada saat itu, dan Nazaret adalah bagian kecil (desa) dari kota tersebut. Maria sendiri lahir sekitar tahun 18 SM. Perang yang sering terjadi pada saat itu turut mempengaruhi keadaan Maria beserta orangtuanya. Ketika Maria berumur 14 tahun (tahun 4 SM), Herodes Agung mati, dan diperkirakan juga pada tahun ini – karena pemberontakan yang terjadi – banyak korban penyaliban. Dalam kondisi seperti itu, Maria yang telah cukup dewasa ditunangkan dengan Yusuf. Dalam statusnya sebagai tunangan Yusuf, ia telah hamil, dan janinnya bukan dari Yusuf. Kondisi kehamilannya ditambah dengan kekacauan yang terjadi pada saat itu, membuat Yusuf membawa Maria – beserta janin yang dikandungnya – dilarikan ke daerah lain, dan pada saat kota bencana telah usai, mereka kembali dengan keadaan kota yang telah hancur.
Kehamilan Maria tanpa penyebab dari Yusuf membuat kehebohan tersendiri. Yusuf yang tidak tahu-menahu penyebabnya menjadi kambing hitam. Maria, Yusuf, status pertunangan mereka, serta keluarga orang tua kedua belah pihak menjadi bahan pergunjingan masyarakat setempat. Untuk menghindari masalah ini, Maria – baik itu atas inisiatif Yusuf maupun tidak – pergi ke kerabatnya Elizabeth yang sedang mengandung juga (kelak nama anaknya ini adalah Yohanes) untuk mengasingkan diri, mencegah terjadinya anarkhisme walaupun itu (maksudnya bentuk hukuman yang akan dikenakan kepadanya) pada dasarnya adalah bentuk penghormatan terhadap kitab Taurat.
Ketika sensus pada zaman pemerintahan Romawi berlangsung, bertepatan pula dengan masa genap mengandung dari Maria, mereka pergi ke Betlehem. Di Betlehem mereka tinggal di kandang, dan karena masanya tiba, ia melahirkan bayi, yang diberi nama Yesus. Frasa dari Roh Kudus dalam Lukas tidak memberi pernyataan yang jelas bahwa Allah menjadi ayah Yesus sebagaimana dewa Zeus menjadi ayah Herakles setelah berhasil merayu ibu Herakles (Alkmene) dalam mitologi Yunani yang jelas.
Frasa anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki versi Matius mengindikasikan bahwa ini adalah penggenapan dari nubuatan nabi Yesaya (7:14). Kata salmah (Ibrani, yang arti sebenarnya perempuan muda) dalam Yesaya tersebut, tidak menyiratkan mujizat apapun. Melihat kondisi yang terjepit pada saat itu, di mana Yerusalem dan Yudea terancam oleh tentara Asyur, maka harapan penggenapan nubuatan ini terjadi pada saat itu juga, bukan beberapa abad setelah orang Yerusalem dan Yudea habis binasa, seperti dalam versinya Matius yang menyatakan itu tergenapi melalui Maria. Karena, kalau penggenapannya terjadi beberapa abad setelahnya, maka nubuatan itu – apalagi ditambah dengan kandungan makna yang terdapat dalam nama anak itu, yaitu Allah beserta kita – tidak akan menjawab masalah yang sedang dihadapi Hizkia beserta rakyat Yerusalem dan Yudea, tidak membawa penghiburan bagi mereka, tidak berarti sama sekali.
Tuturan dalam kitab Injil (khususnya Lukas) tentang kelahiran anak dara ini (lihat tanya jawab antara Maria dengan Malaikat dalam Lukas 1:34-35)  menjadi pondasi, di mana para teolog membangun doktrin: ke-Allah-an Yesus, kesucian (keperawanan) kekal Maria. Dengan tegas Tabor melaporkan bahwa: bahkan para tokoh reformator[3] (M. Luther, J. Calvin, H. Zwingli, John Wesley) sendiri juga berpandangan bahwa Maria terus-menerus menjadi perawan. Pandangan ini jauh dari kebenaran sejarah yang tidak pernah terpikirkan, bahwa Maria itu pernah berhubungan seks, melahirkan anak-anak lain selain Yesus, dan hidup dengan normal seperti perempuan Yahudi lainnya.
Jika memang Yesus yang dilahirkan Maria adalah keturunan (penerus kerajaan / yang duduk di takhta) Daud haruslah memiliki silsilah yang jelas sebagai keturunan Daud sendiri (2Sam. 7:12-16). Telusuran yang teliti terhadap laporan Matius tentang silsilah memberikan jawaban yang isinya berbeda dengan – isi – iman yang selama ini dianut. Perhatikan tabel di bawah ini:
Matius 1
Struktur kalimat
Ayat 1-15
..........memperanakkan………
Ayat 16
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
Struktur pada ayat 16 tidak disusun seperti pola pada ayat sebelumnya. Jika direkonstruksi dengan mengikuti pola-pola sebelumnya, hasilnya adalah:
Yakub memperanakkan Yusuf,
Yusuf memperanakkan Yesus yang disebut Kristus.
Jadi, dari Mat. 1:16 terlihat dengan jelas bahwa Yesus bukan anak Yusuf, karena kalau dia anak Yusuf maka susunannya akan mengikuti pola rekonstruksi tersebut ini. Rekonstruksi semacam ini tidak mengurangi apalagi menyelesaikan masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kata gennao – kata yang sama dipakai pada ayat-ayat sebelum ayat 16 ini, namun bedanya dalam – versi Matius diatesis pasifnya ditambahkan objek yang berjenis feminin, yang kalau diterjemahkan secara harafiah adalah darinya diperanakkan Yesus.
Melihat penyebutan nama perempuan (Tamar dalam ayat 3, Rahab dan Rut dalam ayat 5, Batsyeba dalam ayat 6) yang latar belakangnya tidak terhormat, sebenarnya Matius mengajak para pembaca bahwa dalam silsilah yang sangat dihormati oleh mereka, dalam silsilah kerajaan Daud sendiri ada banyak amoralitas seks. Namun, uniknya tokoh-tokoh itu dikenang dan dihormati. Maria – sebagaimana akan dijelaskan nantinya – juga adalah salah satu tokoh yang amoral, telah bertunangan, namun hamil dengan laki-laki yang bukan suaminya. Pesan Matius, lebih mengarah kepada hal-hal etis, supaya pembaca tidak cepat menghakimi Maria, karena dalam sejarah / silsilah yang paling mereka hormati, ada tokoh-tokoh yang berbuat begitu, bahkan lebih ekstrim, namun tetap dikenang dan dihormati.
Walaupun Yusuf bukan ayah kandung secara biologis atas Yesus, bukan berarti Yesus bukan keturunan Daud, dan tidak berhak untuk menempati / menduduki takhta Daud. Perjanjian dalam 2Sam. 7:12-16 telah dibaharui ulang dalam Mazmur 89:40 dan Yeremia 22:30. Perjanjian yang isinya bahwa yang harus duduk di takhta Daud adalah keturunan asli sudah dibatalkan. Hal penting untuk diingat adalah Yusuf adalah ayah Yesus secara hukum serta garis keturuan / silsilah Daud ada banyak cabang.
Garis yang lain ini dituturkan oleh Lukas (3:23-38). Yang perlu diperhatikan di sini adalah Yusuf adalah ayah Yesus  menurut anggapan orang, secara hukum saja, bukan secara biologis. Cara pengurutan silsilah antara Matius dan Lukas berbeda. Matius memulai dari yang lama, Abram; sedangkan Lukas dari yang dekat / baru, Yesus. Dalam Matius jelas bahwa ayah Yusuf adalah Yakub, namun dalam Lukas ini, setelah nama Yusuf disusul dengan nama Eli, mengindikasikan bahwa Eli ini adalah ayah Yusuf. Eli di sini adalah ayah Maria, dan merupakan kependekan dari (Elyakhim yang sebelumnya adalah Yoakhim). Jadi, Yesus walaupun bukan anak biologis dari Yusuf, Ia tetaplah keturunan Daud. Berdasarkan garis silsilah (juga bisa diartikan secara biologis), jelas, ia adalah keturunan Daud di rantingnya Natan, dan secara hukum, ia adalah keturunan Daud juga dari cabang Salomo.
Nama Matat, Matica, Maat dan Matata yang sekarang dikenal dengan Matius sering dikaitkan dengan keluarga imam, dan ini benar adanya, bahwa selain keturunan raja, Yesus juga adalah keturunan keluarga imam. Dan melalui temuan di Talpiot, inskripsi yang tertera di osuarium-osuarium tersebut memuat nama-nama ini. Garis keturunan ganda ini memainkan peranan penting, bahkan melegitimasi gerakan yang dipimpin-Nya dikemudian hari. Dalam naskah Laut Mati disebutkan pengharapan dari komunitas Eseni tentang Mesias, dengan gambaran sebagai: seorang nabi seperti Musa,  dua sosok Mesias dari Harun (sosok Imam) dan dari Israel (raja keturunan Daud). Yesus yang memiliki garis keturunan yang jelas, memenuhi kualifikasi sebagai seorang Mesias.
Kembali kepada siapa ayah Yesus. Dalam Alkitab tidak akan ditemukan jawaban yang jelas kalau tidak diteliti dengan baik dan dengan menggunakan data tambahan di luar Alkitab. Pencarian siapa ayah Yesus adalah hal yang penting untuk menjelaskan ketidakbenaran doktrin kelahiran anak dara, karena semua manusia memiliki ibu dan ayah, tidak terkecuali Yesus. Selain itu juga untuk memecahkan masalah yang mengindikasikan telah diketahuinya keberadaan ayah Yesus (Yohanes 6:42, “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal”). Matius yang menggunakan Markus dalam tulisannya telah mengedit sedemikian rupa, dan hasilnya tidak mendekati sumbernya. Perhatikan table di bawah ini:
Kitab
Teks
Nats
Markus
…………………Ia ini tukang kayu, anak Maria…………………….
6:3
Matius
………Ia ini anak tukang kayu……ibu-Nya bernama Maria……….
13:55
Terlihat jelas bahwa, Markus sebagai yang naskah tertua dan yang bahannya digunakan oleh Matius ketika menulis kitabnya, tidak menyatakan (atau bahkan tidak tersirat sedikitpun) bahwa Yesus itu adalah anak Yusuf. Pandangan Markus ini dikemudian hari diikuti oleh Yohanes. Namun, Matius yang menggunakan bahan Markus tidak mengikuti teks asli, ia telah merubahnya, dan dari tulisannya dengan tegas ia menyatakan bahwa Yesus adalah anak Yusuf, Yusuf si tukang kayu itu.
Tulisan Markus dan Yohanes yang memberitahukan bahwa Yusuf bukan ayah Yesus, sepertinya menyelesaikan masalah anak haram dengan klaim Ia dikandung dari Roh Kudus. Namun, tuturan dalam Injil Thomas, perkataan 105, “Dia yang mengetahui ayahnya dan ibunya akan disebut sebagai anak seorang pelacur” meruntuhkan klaim itu. Jadi, sampai di bagian ini, konsep kelahiran anak dara runtuh, Yusuf sebagai ayah Yesus juga runtuh. Yesus adalah anak manusia, lahir dari hubungan biologis dalam proses yang tidak wajar (hamil di luar nikah). Nama ayah Yesus ditemukan dalam tulisan seorang Filsuf Yunani, Celsus, dalam bukunya Ajaran Yang Benar yang ditulis tahun 178 Masehi. Ia menuliskan bahwa Maria “hamil oleh seorang serdadu Romawi bernama Pantera” dan diusir oleh suaminya (maksdunya Pantera) dengan tuduhan zinah. Eliezer ben Hirkanus, rabi terkemuka pada akhir abad I, menyampaikan ajaran dari seorang pengikut Yesus di Galilea, yaitu: Yakub (cucu Yudas, adik bungsu Yesus), orang Sikhnin di kota Seprofis, dimana dia (baca: Yakub) “menyampaikan ajaran di dalam nama Yesus anak Panteri”. Para rabi mula-mulapun memperdebatkan apakah boleh menyembuhkan gigitan luka ular “dalam nama Yesus ben Panter” atau tidak. Jadi, jelas bahwa Yesus awal-awalnya sudah dikenal sebagai anak Pantera, dan mengenai siapa dia tidak perlu diberitahukan lagi karena orang sudah kenal, orang sudah tahu Yesus anak Pantera, orang sudah tahu Yesus anak haram.
Berbagai penyelesaian yang dilakukan oleh orang yang menolak bahwa Pantera itu adalah nama pribadi, antara lain:
1.      Teolog kristianiti berpendapat bahwa kata Pantera ini adalah pelesetan dari kata parthenos (yang berarti perawan). Namun, kedua kata itu tidak memiliki kemiripan.
2.      Ada juga yang berpendapat bahwa itu menjelaskan Yesus sebagai anak seekor panther, karena perangai liar dan penuh birahi ayah-Nya yang sebenarnya. Argument inipun tidak benar, karena dalam mengidentifikasikan seseorang – dalam budaya pada saat itu dan juga budaya pada masa kini – nama selalu dikaitkan dengan nama Ayah.
3.      Epifanius, penulis Kristen ortodoks pada abad ke-4 M, menjelaskan bahwa Yusuf dikenal dengan nama Yakub Panthera. Tokoh yang satu ini mengangkat ke publik lagi bahwa itu bukan nama fiktif (seperti pada point ke-2 di atas). Namun, pendapatnya ini tetap bermasalah, karena pada awal-awal Yusuf tidak pernah dikenal dengan sebutan itu. Bukti tertulispun juga tidak ada.
4.      Pada abad ke-8 M, Yohanes dari Damsyik mengatakan bahwa Maria punya kakek buyut yang bernama Panthera. Hal inipun dalam sejarah tidak ada, tidak pernah diketahui.
Upaya dari poin 1-5 di atas menjelaskan bahwa Panthera itu nama pribadi yang pernah hidup (walaupun mereka yang memegang pandangan itu telah melunakkannya), bukan nama tokoh fiktif, bukan juga nama julukan (penghinaan). Tahun 1906, Adolf Deisman, sejarawan terkemuka dari Jerman, dalam tulisannya menjelaskan bahwa, ada berbagai inskripsi purba mulai abad I yang menggunakan nama Panthera / Pantera. Salah satu seperti yang tertera di batu nisan, yang ditemukan tahun 1859, di Bingerbrück, Tiberius Julius Abdes Pantera. Dalam studinya, Deisman menjelaskan bahwa, Pantera ini meninggal pada pertengahan abad I M, orang Palestina yang pindah ke Jerman karena tugas ketentaraan. Berdasarkan analisa sejarah, ditemukan bahwa Pantera ini berasal dari Tirus – Sidon yang dekat dengan wilayah Galilea. Sebagai seorang tentara sebelum pindah, sama seperti tentara yang lain yang kadang mempergunakan jabatan mereka secara salah (seperti: menindas, memeras, bahkan juga memuaskan / melampiaskan hawa nafsunya kepada orang desa), dia pasti pernah ketemu dengan Maria walaupun tidak saling mengenal apalagi memiliki perasaan suka, dan dalam pertemuan itulah (maksudnya mungkin pada waktu perang dia mengadakan hubungan dengan Maria). Hal ini bisa menjelaskan mengapa Maria mau bertunangan (dan akhirnya menikah) dengan Yusuf yang umurnya lebih tua, serta alasan mengapa Yesus waktu berkunjung ke Tirus tidak ingin diketahui keberadaan-Nya (baca Markus 7:24). Jadi, berbagai telusuran sejarah ini menyatakan bahwa Yesus itu punya ayah kandung biologis, bukan pula anak Yusuf, apalagi dikandung dari Roh Kudus. Dan sebagaimana dalam kitab Injil dituturkan bahwa, Yesus punya saudara/i, dalam pengertian sepupu, bukan saudara/i kandung Yesus, saudara/i dari ibu yang sama dengan ayah yang berbeda.


BAGIAN II
BERANJAK DEWASA SEBAGAI ORANG YAHUDI DI GALILEA
Setelah menjelaskan silsilah keluarga Yesus dan menunjukkan bahwa Yesus adalah keturuan Daud yang asli dari dua cabang, menunjukkan bahwa Yesus adalah anak dari hubungan biologis, Maria bukanlah orang perawan (suci) seumur hidup, Yusuf bukanlah ayah kandung Yesus, di BAGIAN II ini Tabor menjelaskan kelanjutan cerita kehidupan Yesus dalam kesehariannya.
Tahun-tahun Yesus yang tidak diceritakan dalam kitab Injil adalah tahun-tahun persiapan Yesus untuk visi yang belum diketahui-Nya, serta tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga. Tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga diemban karena, Yusuf telah mati dalam usia Yesus yang masih muda. Hal ini ditandai dengan diamnya kitab Injil tentang Yusuf, tidak pernah menyebut Yusuf sama sekali, sedangkan Maria sering kali. Yesus dilahirkan ibunya dan dibesarkan dalam keluarga yang ekonominya rendah. Hal ini dibuktikan dengan persembahan yang diberikan ketika mereka berkunjung ke Bait Allah untuk memberi persembahan hanya sepasang burung tekukur dan dua ekor anak burung merpati (Lukas 2:24). Dalam kitab Bilangan (8:17) dan Imamat (12:8), dijelaskan bahwa itu adalah persembahan yang diberikan oleh orang yang secara finansial ekonominya rendah, tidak memiliki / tidak bisa membeli kambing / domba. Persembahan dari orang Majus telah habis digunakan ketika mereka mengungsi dan ditambah dengan mahalnya biaya hidup karena masa itu adalah masa peperangan. Ketika Yesus sudah cukup usia dan bisa bekerja, ia bekerja sebagai tukang buruh bangungan lepas harian, yang gajinya tidak sesuai dengan UMR.
Yakobus adalah orang yang tepat sebagai murid yang dikasihi-Nya (bukan Yohanes, seperti yang diimani selama ini). Alasannya adalah, bagaimana mana mungkin seorang anak yang baik menyerahkan tanggungjawab untuk mengurus orang tuanya kepada orang lain, sementara saudaranya sendiri masih ada. Yakobus adalah orang yang tepat untuk ini, selain sebagai murid yang dikasihi, ia juga adalah lebih tua dari saudara/inya yang lain. Yesus yang beranjak dewasa makin lama jiwa patriotisme dalam dirinya muncul, karena pada saat itu mereka dijajah oleh orang yang non-Yahudi / non-Israel. Dalam hukum dan kepercayaan mereka, hal ini ditentang keras.
Yesus sebagai orang Yahudi adalah penganut agama Yudaisme bukan Kristen, monotheisme bukan trinitarian. Dia menjunjung tinggi – sebagaimana juga dilakukan oleh kaum Yudaisme yang lain – monotheisme, Taurat, Tanah Perjanjian, dan sifat unik mereka sebagai umat pilihan Tuhan. Walaupun Yesus membenci lembaga kekuasaan Romawi, namun orang-orang yang dinilainya baik diterima. Hal ini dipengaruhi oleh faktor ayahnya. Dan untuk golongan agama (Farisi, Saduki, Eseni dan Zelot) pada saat itu, Yesus terbuka. Ia, dalam masa tugasnya menyaring semua ide keagamaan yang ada. Dengan kata lain, tidak semua ide keagamaan dari satu golongan diterima mentah-mentah, yang lain ditolak.
BAGIAN III
KEBANGUNGAN AKBAR DAN PENUAIAN BADAI
Setelah menjelaskan kehidupan Yesus sampai pada masa dewasa (di sini tercakup keadaan ekonomi keluarga, tanggungjawab dalam keluarga, pekerjaan yang dilakukan Yesus dalam memenuhi tanggungjawab sebagai tulang punggung keluarga, serta jiwa patriotisme dan aliran kepercayaan keagamaan Yesus) di BAGIAN III ini Tabor menjelaskan awal perubahan radikal dalam diri Yesus untuk membangun kerajaan-Nya.
Jiwa patriotisme yang telah berakar dalam diri Yesus serta kecintaan terhadap ajaran agama semakin jelas dan ditekuni ketika bertemu dengan Yohanes pembaptis, hingga Ia dibaptis. Kecintaan terhadap Yudaisme yang ketat dengan penguasaan Taurat telah menjadi pemicu tersendiri bagi-Nya ketika Ia mendengar khotbah Yohanes dan atau atas setiap Taurat yang dibacanya. Semua yang bersifat apokaliptik, membangun serta merestorasi berbagai keadaan (politik, ekonomi, sosial, moral) Ia klaim sebagai nas yang tertuju khusus kepadanya. Dan bisa juga dipastikan bahwa sebelum ia dibaptis, Ia telah berkunjung / mengenal komunitas Qumran dan Yohanes sendiri sebagai tokoh Mesianis sekaligus guru / pelopornya untuk memimpin gerakan pembaharuan.
Yohanes sendiri tinggal dalam sebuah gua, yang disebut dengan istilah gua Yohanes. Dalam gua itu, ia mulai merintis / mengumpulkan orang-orang untuk masuk dalam gerakan pembaharuan yang akan diadakan. Dalam gua itu, berdasarkan relief dan bentuk bangunan bagian dalam, dipraktekkan prinsip pemimpin yang melayani, pembasuhan, hidup bersama. Yohanes sebagai sosok yang dihormatinya (guru dan pelopor gerakan yang akan dilanjutkannya nanti) ia mengajarkan bahwa tidak ada yang lebih besar daripada Yohanes. Semua ajaran Yohanes diajarkan ulang oleh Yesus kepada para murid / pendengarnya. Dalam hal mengasingkan diri, Yesus berbeda dengan gurunya (baca: Yohanes). Ia tidak bisa mengasingkan diri karena punya tanggungjawab yang besar dalam keluarga, selain itu juga demi perkembangan gerakannya (baca: Dinasti Yesus) nanti.
Setelah Yesus selesai dibaptis, dia dengan seijin gurunya (baca: Yohanes) menggenapkan setiap teks dalam kitab suci yang Ia klaim menuju kepada-Nya. Dalam melaksanakan misi ini, Ia mengumpulkan anggota, yang setuju dengan ide-idenya dan ide-ide gurunya. Ia pun memulai kegiatan, mengajar, membaptis, dan lain-lain. Yesus sebagai mitra terbaik Yohanes, mendapat kepercayaan untuk menjalankan roda gerakan yang akan mereka dirikan.
Setelah sama-sama melayani, penangkapan gurunya adalah pukulan berat baginya dan bagi para pengikut mereka. Untuk sementara waktu mereka menyembunyikan diri sambil memantapkan strateginya. Hal-hal yang harus dilakukannya sebagai seorang Mesias (seorang pemimpin pergerakan, sebagai seorang penerus kerajaan Daud), adalah: berkuasa atas Israel dengan menduduki takhta Daud, membersihkan Yerusalem dan tanah Yerusalem dari penguasa asing, menegakkan kekuasaan berdasarkan Taurat, memisahkan para pendosa dari umat Allah, meluaskan kekuasaan-Nya kepada orang-orang yang tidak ber-Tuhan serta mengumpulkan orang-orang Israel yang berdiaspora. Ketika Yesus mengutus para murid, mereka diutus khusus untuk mencari domba yang hilang (umat Israel yang telah hilang), bukan domba yang lain.
Kerajaan Allah yang diberitakan adalah bagaimana mewujud-nyatakan kehadiran penguasaan / kekuasaan surgawi ke alam sejarah manusia yang telah berkuasa dan ada dalam sejarah itu sendiri. Pelaksanaan ini dalam strateginya membagi murid-murid dalam kelompok. Namun, sangat disayangkan para penulis injil telah memutar-balikkan susunan kepemimpinan dalam gerakan ini. Pemutarbalikkan itu didalangi oleh Paulus yang merubah visi-misi awal Yesus menjadi mendunia dan bersifat mengkristenkan. Nama Yakobus, yang adalah anak kedua dalam keluarga orangtuanya diletakkan pada urutan terakhir, sementara Petrus yang dipengaruhi oleh Paulus kelak diletakkan pada urutan pertama. Ini adalah kesalahan besar, bagaimana sistem dinasti Yesus bisa berdiri kalau yang meneruskan bukan keturunan Daud asli.
BAGIAN IV
MEMASUKI SARANG SINGA
Setelah menjelaskan awal dan strategi pelaksanaan gerakan revolusi, serta cakupan wilayah kerja misi gerakan tersebut di BAGIAN III, di BAGIAN IV ini Tabor menjelaskan titik akhir dari gerakan revolusi ini yang mendapat banyak tantangan.
Penangkapan Yohanes memberikan sinyal tersendiri bagi Yesus yang menandai bahwa masanya telah dekat, telah tiba. Oleh sebab itu, Ia beserta anggota-Nya bekerja dengan keras untuk mewujud-nyatakan gerakan revolusi tersebut. Karena, ketika dalam penjara, Yohanes mengutus orang-orang kepada Yesus untuk bertanya apakah Dia yang akan memimpin gerakan itu atau bukan. Hal ini dipertanyakan Yohanes, karena Yohanes juga merasa bahwa waktunya sudah dekat / telah tiba.
Ketika guru Yesus dipenggal kepalanya, Yesus (beserta para pengikut gerakan) yang takut menyembunyikan diri di Betsaida untuk sementara waktu, sampai kondisi aman. Ketika dalam pelarian, Yesus semakin menyadari bahwa semua nubuatan terhadap Mesias akan tergenapi seperti yang tertulis dalam Taurat, dan semua ini Ia klaim akan terjadi dalam hidup-Nya, ditujukan kepada-Nya dan kepada guru-Nya juga, karena mereka adalah Mesias. Kesadaran ini membuat Dia untuk keluar secepat mungkin untuk merealisasikan gerakan dinasti tersebut.
Pada bulan Maret tahun 30 M, Yesus dan rombongan berangkat menuju Yerusalem. Mereka memilih waktu yang baik, yaitu bertepatan dengan perayaan paskah. Dalam masa raya ini, Yerusalem akan dipenuhi oleh orang banyak. Dan ini adalah keuntungan tersendiri bagi Yesus dan para pengikut lepas dari bahaya. Ketika masuk di Yerusalem, dengan menunggangi keledai muda, orang banyak bersorak-sorai seraya mengatakan bahwa gerakannya mereka dukung serta dinanti-nantikan. Ini juga sekaligus menjelaskan bahwa Yesus, dalam waktu yang singkat ketika mau membangun dinastinya telah berhasil, dikenal banyak orang.
Keuntungan kedatangan-Nya pada perayaan paskah terlihat pada waktu mengadakan revolusi di Bait Allah. Ketika para imam tidak setuju mereka tidak berani menghardik Yesus secara blak-blakan, mereka memperhalus cara mereka memperlakukan Yesus, karena takut khalayak ramai yang telah pro-Yesus dan gerakan revolusinya. Di Yerusalem juga Ia mengadakan perjamuan malam sekaligus perjamuan terakhir secara khusus antara Dia dengan para pengikutnya. Orang yang duduk di samping Yesus pada malam itu adalah Yakobus, bukan Yohanes. Hal ini dikarenakan Yakobus adalah saudara Yesus, dan soal siapa yang bisa menyandarkan kepala di dada Yesus hanya bisa dilakukan oleh Yakobus, bukan Yohanes, karena Yakobus adalah saudara Yesus. Kalau Yohanes, apa yang akan dikatakan orang banyak (murid yang lain). Ketepatan Yakobus dalam hal ini terlihat lagi ketika Yesus menyerahkan ibunya. Tidak masuk akal kalau itu bukan Yakobus, dan tidak masuk akal juga Yakobus mau menyerahkan tanggungjawabnya sebagai anak kepada Yohanes.
Peristiwa perjamuan pada malam itu juga telah dirubah susunannya oleh Paulus. Kalau dibandingkan dengan kitab didakhe, pemberkatan cawan / pemberian anggur lebih duluan dari pada roti, dan ini sesuai budaya Yahudi pada saat itu. Sementara dalam tulisan Paulus dan juga kitab Injil yang ditulis untuk pro-Paulus membuat susunannya terbalik. Roti duluan baru anggur.
Selain itu, pada malam itu pula diumumkan yang mengkhianati Yesus, yaitu Yudas. Penyebab pengkhianatan ini tidak diketahui pasti. Mungkin Yudas yang mengharapkan supaya gerakan revolusi cepat terlaksana sehingga ia bisa memerintah secara bersama-sama dan tidak perlu mengembara ke berbagai daerah lagi. Yang jelas pada malam itu, Yudas semakin mempercepat realisasi kesepakatannya dengan pihak penangkap Yesus. Dan kepergian Yesus ke bukit Getsemanipun sudah diketahui oleh Yudas sehingga dengan cepat, ketika telah bertemu dengan pihak penangkap Yesus, ia langsung menuju kesana. Gerombolan yang tiba di taman Getsemani untuk menangkap Yesus sebisa mungkin dihadang oleh para murid (khususnya Petrus yang menghunus pedang). Yesus menegur Petrus dan melihat peristiwa penangkapan-Nya sebagai rencana Allah. Hal lain yang perlu diingat pada malam pengkapan itu adalah, yang mengikuti Yesus pada malam itu, adalah Simon Petrus dan murid yang lain. Murid yang lain itu di sini adalah Yakobus, adik Yesus itu sendiri.
Pada dasarnya yang tergolong membunuh Yesus bukanlah semua orang Yahudi pada saat itu. Namun, golongan  Saduki. Golongan ini menurut Yosefus adalah kelompok yang lebih kejam dari orang-orang Yahudi lain. Penggeledahan yang dilakukan Yesus di berbagai tempat disertai dengan hinaan dan siksaan adalah hal yang menyakitkan. Namun, ia lakukan itu semua demi dinasti-Nya. Dan orang yang ketika Ia masuk di Yerusalem menyoraki / menyapa Dia dengan hosanna, Raja; di waktu penggeledahan Yesus mereka berkata lain, mereka berkata salibkan Dia. Vonis hukuman yang dijatuhkan kepada Yesus adalah hukuman mati (penyaliban). Proses penyaliban yang diberlakukan kepadanya, baik budaya pada saat itu, dinyatakan sebagai bentuk hukuman yang tidak  sepantasnya, bentuk hukuman terkutuk. Selama di salib ada banyak pesan Yesus. Penyerahan ibunya ke adiknya Yakobus. Pergumulan rencana Allah yang menurutnya Allah telah meninggalkan Dia.
Disalibkan pada jam 09 pagi hari hari Kamis dan mati pada jam 03 sore hari Kamis. Mengingat sabat, yang merupakan hari yang harus dikuduskan, dan kematian Yesus yang tidak diharapkan, maka Ia dikuburkan dengan tanpa persiapan. Dituturkan bahwa Yusuf dari Arimatea menggunakan statusnya sebagai anggota Sanhendrin yang kaya dan berpengaruh untuk meminta ijin menguburkan Yesus selayaknya. Setelah ijin diberikan, ia dan perempuan yang lain pergi menguburkan Yesus ke kuburan yang paling dekat, yaitu bukit tengkorak yang ada (menurut versi Injil) di bukit Zaitun milik Yusuf dari Arimatea. Dalam peristiwa yang tidak menyenangkan ini, ada tiga hal yang harus diingat, yaitu:
1.      Yesus benar-benar mati.
2.      Penguburannya dilakukan secara tergesa-gesa dan tidak diketahui pula itu makam siapa.
3.      Gerakan yang dipimpin-Nya tidak bubar begitu saja tanpa kehadiran-Nya. Adiknya Yakobus memimpin gerakan yang baru.
Kunjungan untuk melihat kuburan itu setelah sabat menggemparkan seisi Yerusalem. Ketika para wanita sampai di dalam kuburan yang ada dalam keadaan terbuka, mereka tidak mendapati tubuh Yesus. Melihat peristiwa ketidak-adaan tubuh Yesus di lokasi telah membuat banyak teolog untuk berasumsi bahwa Ia telah bangkit. Sebenarnya, apakah Ia sudah bangkit atau belum, masalah ini terjawab sendiri dalam nas Injil. Matius menuturkan bahwa Malaikat  menegor mereka karena mencari Yesus di kuburan padahal Ia sudah bangkit (Mat. 28:1-7). Sedangkan Lukas menuturkan bahwa ada malaikat yang berkata kepada para murid yang datang mengapa mencari orang hidup di antara mati (Luk. 24:2-5). Dan Tabor tidak setuju dengan teori pingsan, yang menyatakan bahwa Yesus tidak mati benaran. Alasan untuk menunjang teori pingsan ini dengan mengatakan karena ia telah meminum anggur yang jadi biuspun tidak diterima Tabor.
Mengenai masalah kebangkitan dari orang mati, hanya tiga Injil (Matius, Lukas dan Yohanes) yang menjelaskan teori ini, bahwa Yesus benar-benar bangkit. Sedangkan Markus sebagai teks tertua dan yang bahannya digunakan oleh Matius dan Lukas khususnya, tidak menceritakan sama sekali tentang peristiwa ini. Dengan kata lain, menurut Markus, kisah kebangkitan itu tidak ada. Walaupun dalam Markus 16 ada cerita ini, ini adalah penambahan dikemudian hari. Naskah asli Markus hanya sampai 16:8, ayat 9-selesai adalah penambahan editor dikemudian hari. Bahkan pada abad ke-3 M, Klemens dari Aleksandria dan Origenes sendiri tidak tahu keberadaan teks tambahan ini. Pada masa mereka teks ini belum muncul. Pada abad ke-4, Eusebius dan Hieronimus menyadari keberadaan teks ini, namun memberikan catatan bahwa teks ini tidak ada dalam manuskrip bahasa Yunani yang mereka ketahui. Penambahan ini dikemudian hari dikarenakan kisah dalam Markus tidak memiliki klimaks yang sama dengan tiga Injil yang lain, dan untuk mendukung doktrin kristianiti, maka teks ini ditambahkan. Bahkan pada tahun 1946, RSV menempatkan catatan kaki untuk teks ini (ayat 9-20), bahwa bagian ini tidak asli, mengundang kegaduhan, dan pada edisi berikutnya, direvisi dan teks diletakkan sejajar dengan teks yang lain – seakan-akan dia adalah sambungan dari ayat sebelumnya.
Cerita tentang penampakan Yesus sesudah 3 hari mati sebenarnya adalah produk dari Paulus (lihat surat 1Korintus dan ingat bahwa kitab ini ditulis pada tahun 50-an M), untuk mengokohkan klaimnya, bahwa ia telah melihat penampakan Yesus. Dan ini turut mempengaruhi penulis kitab berikutnya (kitab Injil khususnya) yang ditulis di atas tahun 60-an M, dan lagi yang harus diingat bahwa, bahwa para penulis Injil adalah orang yang pro-Paulus. Dan ini bertujuan untuk menyatakan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya bertujuan untuk menyelamatkan seluruh bangsa lain. Padahal – sebagaimana dijelaskan sebelumnya – Yesus tidak pernah memiliki misi yang seperti ini.
Secara medis, jenazah tidak mungkin bangkit, maka untuk menjelaskan tubuh Yesus yang tidak ditemukan di makam hanya ada satu jawaban yang ilmiah, yaitu tubuh Yesus telah di ambil dan dimakamkan ulang di tempat lain. Teori yang mengatakan bahwa jenazahnya telah diambil dan dipindahkan oleh tukang kebun juga tidak diterima oleh Tabor. Hanya ada satu kemungkinan yang pasti, yaitu ketika Maria Magdalena – sebagaimana tuturan Yohanes – datang duluan, dia dibantu dengan perempuan yang lain telah memindahkan tubuh ini. Berdasarkan penelitian terkini, tempat di mana jenazah itu dipindahkan adalah di Makam Talpiot.
BAGIAN V
MENANTIKAN SANG ANAK
Setelah menjelaskan apa yang terjadi ketika Yesus dan pengikutnya bekerja keras untuk mengadakan revolusi dan berakhir pada kematian Yesus, serta menjelaskan fakta bahwa Yesus tidak bangkit sama sekali, di BAGIAN V ini, Tabor menjelaskan bahwa kisah / sejarah dinasti Yesus tidak berhenti / berakhir. Gerakannya terus berjalan walaupun Dia (dan juga Yohanes) adalah pemimpin besar di gerakan ini, ada yang melanjutkannya. Selain dikarenakan sistem pewarisan pemimpin pergerakan (dalam hal ini ditempati oleh Yakobus), tetapi juga karena pesan kabar baik yang disampaikan oleh Yohanes dan Yakobus, serta berita bahwa akhir zaman telah dekat.
Dalam Perjanjian Baru, nama Yakobus tidak sering disebutkan, bahkan hanya satu tulisannya yang dimuat di antara sekian banyak kitab Perjanjian Baru. Hal ini dikarenakan faktor untuk menonjolkan Paulus yang memimpin gerakan pengkristenan dunia dan untuk mengkerdilkan / menghilangkan sistem dinasti Yesus yang dipimpin oleh Yakobus. Selain dalam kitab Injil kelihatan usaha untuk menghilangkan berita tentang dinasti Yesus, dalam Kisah Para Rasul juga terlihat hal ini. Di mana penyebutan nama Yakobus hanya muncul beberapa kali saja, sedangkan Paulus namanya sering disebut. Selain itu penyusunan / penyebutan nama Yakobus oleh Lukas yang adalah orang non-Yahudi selalu di daftar terakhir.
Namun dalam tulisan Lukas (Kisah Para Rasul 15) ini menjelaskan posisi Yakobus sebagai orang penting. Yaitu yang mengambil dan memberi keputusan final atas masalah yang sedang terjadi (ayat 13-21). Suaranya didengar, ini menunjukkan ia bukanlah sembarangan orang. Walaupun usaha Paulus untuk mengkerdilkan / menghilangkan berita tentang Yakobus sebagai penerus generasi dinasti Yesus, namun dalam Galatia 2:9, Paulus mengakui posisi istimewa yang diduduki oleh Yakobus, yaitu dengan menyebutkan nama Yakobus lebih duluan dan disusul dengan penyebutan nama Petrus dan Yohanes.
Injil Thomas yang ditemukan di wilayah Mesir, desa Nag Hammadi, perkataan 114, menyatakan bahwa Yakobus orang benar. Ini bukan sembarang pengakuan. Klemens dari Aleksandria,  Eusebius dan Hieronimus juga menyatakan posisi istimewa yang diberikan kepada Yakobus / ditempati oleh Yakobus sebagai orang benar. Naskah Kenaikan Yakobus (dikemudian hari lebih dikenal dengan pengakuan-pengakuan pseudo-Klemens), kitab Wahyu kedua Yakobus, serta Injil orang-orang Ibrani juga menceritakan hal yang sama, yaitu sebutan untuk Yakobus sebagai orang benar, dan posisi istimewa yang ditempatinya.
Bila dibandingkan, ajaran Paulus sangat jauh berbeda dengan ajaran Yesus yang terdapat dalam naskah sumber. Sementara ajaran Yakobus, sama dengan ajaran Yesus yang terdapat dalam naskah sumber yang disalin oleh para penulis Injil. Kalau diteliti, kesamaannya lebih dari 30, beberapa diantaranya:
Ajaran-ajaran Yesus dalam sumber Q
Ajaran-ajaran Yakobus
Lukas 6:20, “Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.”
2:5, “Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?”
Matius 5:19, “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”
2:10, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.”
Matius 7:21, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
1:22, “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.”
Matius 7:11, “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."”
1:17, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”
Lukas 6:24, “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”
5:1, “Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu!”
Matius 5:34-35, 37, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, 5:35 maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar;” “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”
5:12, “Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.”
Yang perlu diingat lagi adalah, Yakobus tidak pernah menyembah kakaknya (Yesus) sebagai sosok Ilahi. Dengan sebutan yang sama dikenakan kepadanya, Yakobus juga menyebut Yesus sebagai orang benar (5:6). Tahun 30 Masehilah Yakobus duduk di takhta dinasti Yesus, sebagai penerus dari gerakan ini. Sama seperti kakaknya (Yesus), ia juga dibenci oleh para imam ahli. Bahkan cara mereka membunuh dia (Yakobus) pada tahun 62 Masehi sangat sadis. Sebelum ia dirajam mati, ia dijatuhkan dari tembok bait Allah ke lembah Kidron. Epifanius mencatat bahwa Simon (adiknya [baca: Yakobus] juga adalah adik Yesus) menyaksikan penyiksaan itu, dan mereka berusaha keras melarang orang banyak untuk jengan membunuh kakaknya (Yakobus). Setelah kematian Yakobus, Simon mengambil alih kepemimpinan gerakan dinasti Yesus, dan disetujui / didukung oleh para pengikut yang lain. Dan menurut konstitusi kerasulan, yang terkait dengan kitab didakhe, menyatakan bahwa dikemudian hari, Yudas adik dari Simon memegang kendali kepemimpinan.
Setelah penghancuran Yerusalem (termasuk juga Bait Allah) pada tahun 70 Masehi, kelanjutan dari dinasti Yesus ini tidak diketahui, tidak ada catatan sejarah tentangnya.
Tabor menambahkan info tambahan berkenaan dengan ajaran rasul Paulus. Naskah kerugmata Petrou, surat yang ditulis oleh Petrus kepada Yakobus, yang menjelaskan bahwa tulisannya telah ditambah-tambahi dan dicemari oleh golongan yang pro-Paulus, sehingga nilai surat-surat itu tidak ada gunanya lagi.




KESIMPULAN
Karya James D. Tabor yang didasarkan pada penelusuran artefak (osuarium, tulisan dan gambar kuno), buku-buku ekstra-kanonik (Injli Gnostik, Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Barnabas, Kitab Didakhe, tulisan-tulisan kaum Eseni, dan teks-teks purba yang lain seperti Naskah Laut Mati, menyajikan kebenaran yang jauh berbeda dengan apa yang diimani oleh orang Kristen sepanjang sejarah, bahkan sampai saat ini. Iman terhadap Yesus selama ini telah diformulasikan dalam Pengakuan Iman Rasuli (PIR). Dan kalau direkonstruksi ulang berdasarkan telusuran sejarah yang dilakukan Tabor – dan ini juga merupakan kesimpulan studinya – maka hasilnya bertentangan dengan dengan PIR tersebut. Pertentangan itu terlihat dalam table berikut:
PIR – Tentang YESUS
Kajian / Pengakuan Iman J. D. Tabor
Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.
Ia Bukan Anak Allah, Ia memiliki ayah jasmani, namanya Pantera.
Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
Maria bukanlah gadis perawan, janinnya adalah hasil hubungannya dengan Pantera. Kehamilannya akibat prajurit Romawi (Pantera) yang menyalahgunakan kekuasaannya.
Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut.
Disetujui oleh Tabor.
Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
Jenazah Yesus telah dipindahkan, dan makam-Nya telah ditemukam (Makam Talpiot). Karena Jenazahnya telah ditemukan, maka Ia tidak pernah bangkit.
Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
Yesus tidak pernah bangkit. Ajaran tentang kebangkitan adalah produk Paulus.
Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Karena Yesus tidak pernah bangkit, maka Iapun tidak ada di sana dan juga tidak akan pernah datang dari sana untuk menghakimi.
Itulah iman yang dihasilkan J. D. Tabor ketika melaukan studi melalui sejarah / riset sejarah.


[1] Albert Schweitzer adalah teolog yang menyatakan bahwa Yesus adalah tokoh moral yang agung. Menurutnya Yesus mati karena pengharapannya tentang eskaton yang tidak kunjung tiba. Dengan kata lain, ia juga menyatakan bahwa dengan kematian-Nya (Yesus), ia menghapuskan eskaton yang telah lama beredar dan supaya manusia bebas dari itu. Paham ini dimuat dalam disertasi doktoralnya yang berjudul: The Quest of the Historical Jesus (1906).
[2] Universitas ini jugalah yang mendanai ekskavasinya.
[3] Sangat disayangkan sekali, sebagai seorang intelek, Tabor tidak memberikan referensi sedikitpun yang bisa diakses untuk melihat pandangan para reformator ini dalam bentuk tulisan.

selengkapnya bisa dibaca di sini
»»  Lanjutkan Membaca...........

KEPENUHAN ROH DAN BAPTISAN ROH


KEPENUHAN ROH DAN BAPTISAN ROH
Dari Bu'ulölö Kepada:  Edison Bu'ulölö

Topic ini mendapat tempat diskusi / pembahasan yang paling hangat di kalangan pantekosta / neo-pantekosta (kharismatik). Kalangan ini sangat mementingkan / menonjolkan Baptisan dan Kepenuhan Roh (dan juga yang tidak kalah penting Bahasa Roh). Topic ini saling kait-mengkait, karena menurut mereka:
1.      Gereja baru bertumbuh bila setiap anggotanya memiliki pengalaman khusus dan spektakuler, seperti: baptisan Roh yang ditandai dengan bahasa roh / glosolalia.
2.      Gereja-gereja mapan pada umumnya membosankan karena tidak ada manifestasi karunia Roh, khususnya glosolalia.
3.      Jika sebuah sebuah gereja / persekutuan di dalamnya tidak ada seorang pun yang dapat berglosolalia, gereja / persekutuan tersebut harus dipertanyakan.
Kalangan ini dalam kesalahannya menyamakan istilah baptisan roh dengan kepenuhan roh. Menurut mereka, baptisan roh adalah berkat kedua di mana kelahiran baru / pertobatan belum cukup jika belum mengalami manifestasi terlihat dari karunia-karunia tertentu yang spektakuler (misl., berbahasa roh, bernubuat, mengalami / melakukan mukjizat penyembuhan). Manifestasi-manifestasi dari baptisan roh itu mereka sebut kepenuhan roh (memiliki sekaligus memperlihatkan / mempraktekkan karunia-karunia roh).
Menurut mereka, Mrk. 1:7-8, 3:11; Luk. 3:16; Yoh. 1:33 dan Kis. 1:5 ditujukan kepada murid yang sudah percaya, mereka harus ditambahkan pengalam baptisan roh. Data dari Kis. 2:4; 8:15-17; 10:44-48 dan 19:1-7 menurut mereka sangat kuat untuk mengatakan bahwa orang Kristen yang telah menerima Kristus belum menjadi orang Kristen seutuhnya. Baru menjadi Kristen yang utuh ketika hidup berkemenangan, bersukacita selalu, berani bersaksi, kuasa dalam pelayanan serta memiliki dan melakukan karunia-karunia spektakuler.
Mengatakan baptisan roh sebagai berkat kedua adalah keliru dan salah / sesat (sesat tafsir). Perhatikan hal ini:
1.      Secara historis, mereka keliru melihat sekaligus mengartikan kesaksian dan pengalaman para rasul khususnya dan sejarah keberadaan gereja umumnya.kalau diteliti terlihat dengan jelas bahwa, para rasul, bapak-bapak gereja tidak ada yang berpandangan sama dengan kalangan ini, kecuali kelompok sekte.
2.      Segi eksegese dan hermeneutic mereka keliru / sesat (sesat tafsir) dalam mengerti dan menetapkan (perlu diingat cara mereka menetapkan / menafsirkan pun berbeda-beda) maksud yang tepat atas teks. Mereka menafsirnya secara fragmentaris (per-bagian) bukan secara totalitas (keseluruhan).
Misalnya saja tafsiran atas Kis. 2:38 menimbulkan kesan seolah-olah ketika seorang dibaptis ia baru dapat pengampunan dosa. Namun kalau dilihat secara keseluruhan (band. Kis. 10:43) pengampunan atas dosa terjadi ketika orang percaya kepada Kristus. Bahkan Lukas, penulis yang sama (Luk. 24:46-48) tidak menyatakan bahwa baptisan adalah syarat untuk mendapatkan pengampunan dosa. Kembali kepada Kis. 2:38, pemahaman yang salah terletak pada kesalahmengertian kata untuk (Yun: εις), yang kalau dilihat dari keseluruhan konteksnya dan juga ragamnya arti kata itu sendiri lebih tepat diterjemahkan karena. Sehingga menjadi……………..dibaptis dalam nama Yesus Kristus karena pengampunan dosamu, dan bukan untuk memperoleh pengampunan dosa.
Ketika bertemu dengan kalimat kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus, pertanyaan yang muncul secara sederhana adalah:
1.      Apa maksudnya ?
2.      Apakah ada hubungannya dengan penuhlah mereka dengan Roh Kudus ?
3.      Bila ada hubungannya, hubungan yang bagaimana ?
4.      Apakah kedua istilah itu sama artinya ?
5.      Jika sama, mengapa dikatakan sebagaimana tertulis Paulus pernah dua kali penuh dengan Roh Kudus (Kis. 9:17; 13:9) bahkan juga Petrus (Kis. 2:4; 4:8) ?
6.      Apakah itu berarti rasul itu dibaptis oleh Roh Kudus dua kali ?
7.      Etc.
Apapun jawaban atas pertanyaan itu (baik dari jawaban yang pro maupun yang kontra, hal yang harus diperhatikan berdasarkan data dari 1Kor. 12:13[1] (perlu dicatat bahwa surat Korintus adalah termasuk surat pengajaran doctrinal, sementara Kis., Injil adalah cerita sejarah) terlihat jelas bahwa baptisan Roh Kudus terjadi satu kali untuk selama-lamanya. Kata εβαπτισθημεν (yang diterjemahkan dengan: telah dibaptis) berkala aorist, voice pasif dan modus indikatif. Saya jelaskan masing-masing bentuk itu (dan Edi bisa menghubungkan ketiga bentuk ini jadi satu), perhatikan uraian di bawah ini:
1.      Kala Aorist adalah untuk menyatakan bahwa sesuatu hal pernah terjadi atau pernah dilakukan. Tidak menyatakan terus-menerus atau berulang kali, melainkan perbuatan pada satu titik waktu (punctiliar). Karena itu kata kerja ini tidak berpatokan pada waktu lampau, sekarang ataudepan. Adapun nuansa makna yang dapat dinyatakan oleh fungsiAorist. Yang terpenting adalah tindakan dilihat sebagai suatu keseluruhan, bukan lamanya tindakan.
2.      Voice Pasif tindakan – dalam hal ini baptisan – dilakukan ke atas Subyek. Jadi, subyeklah yang menerima tindakan dari obyek. Contoh: Dia ditampar oleh Imam Besar.
3.      Modus Indikatif adalah modus yang menegaskan aktualitas, kepastian, atau realitas tindakan dari sudut pandang pembicara. Modus ini terdiri dari pernyataan fakta, tetapi juga dapat digunakan dalam kalimat pertanyaan ataupun negatif.
Kepenuhan Roh adalah keadaan yang terjadi secara berulang-ulang dalam diri seseorang (misl. peristiwa yang terjadi pada Paulus dan Petrus). Data dari Ef. 5:18[2] membantu kita untuk mengerti hal ini. Kata πληρουσθε (yang diterjemahkan: hendaklah kamu penuh) berkala kini, voice pasif dan modus imperatif. Saya jelaskan masing-masing bentuk itu (dan Edi bisa menghubungkan ketiga bentuk ini jadi satu), perhatikan uraian di bawah ini:
1.      Kala Kini menunjuk kepada sesuatu yang sedang dilakukan. Lebih mendekati Present Continous dari pada Simple Present. Yaitu suatu pekerjaan/perbuatan yang sedang dilakukan atau yang dilakukan berulang-ulang dalam waktu sekarang.
2.      Voice Pasif tindakan – dalam hal ini penuh Roh – dilakukan ke atas Subyek. Jadi, subyeklah yang menerima tindakan dari obyek. Contoh: Dia ditampar oleh Imam Besar.
3.      Modus Imperatif dipakai untuk memberikan perintah atau permintaan, dan mempertegas kemauan, serta menyatakan larangan. Subyek tidak menyatakan bahwa sesuatu sedang terjadi (Indikatif), atau mungkin terjadi (Subjungtif), atau dapat terjadi (optatif), tetapi menyatakan bahwa ia menginginkan atau berniat agar sesuatu terjadi. Modus ini menyatakan tindakan yang akan terwujud melalui penggunaan kehendak seseorang untuk mempengaruhi kehendak orang lain.
Jadi, dari telusuran biblical exegetical nyata bahwa baptisan Roh tidak sama dengan kepenuhan Roh.
Setelah seseorang percaya, tidak ada indikasi sama sekali yang bisa dibenarkan bahwa baptisan Roh adalah syarat mendapatkan kuasa.
Dari teks Kis. 19:1-7 kita bisa mengajukan beberapa pertanyaan:
1.      Apakah peristiwa dalam Kis. 19:1-7 harus dijadikan prinsip universal yang diberlakukan kepada semua orang percaya di berbagai tempat dan waktu ?
2.      Mengapa dalam Kis. 8:14-17 Lukas tidak menggunakan istilah baptisan Roh ?
3.      Apakah Lukas tidak konsisten ?
4.      Kenapa ada orang yang menyamakan istilah menerima Roh Kudus dengan istilah baptisan Roh ?
5.      Jika baptisan roh (berkat kedua) yang perlu / penting bagi semua orang percaya, mengapa pengalaman ini tidak terlihat dari peristiwa yang terjadi pada diri sida-sida Etiopia yang telah menjadi percaya ?
6.      Mengapa pula Paulus tidak mengalami berkat kedua ini setelah ia percaya ?
7.      Apakah bisa disetujui ketika golongan ini (baca: kharismatik) mengatakan: tidak disebut – di dalam Alkitab – tetapi belum tentu tidak ada sambil kita meragukan kelengkapan / kesempurnaan / keutuhan Alkitab ?
Data dari Kis. 2:4 menunjukkan bahwa itu adalah kasus unik, di mana 2 kelompok orang percaya (kelompok I 120 oran; kelompok II 3000 orang) sama-sama mengalampi kepenuhan dan bedanya untuk kelompok II disertai pengampunan dosa (kelompok I tidak lagi, karena mereka adalah orang percaya / murid-murid Yesus). Peristiwa ini tidak bisa dijadikan prinsip universal yang harus diberlakukan kepada semua orang percaya di berbagai tempat dan waktu.
Data dari Kis. 11:15-17 menjelaskan bahwa di saat orang menjadi percaya, menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat di saat itu juga mereka dibaptis dengan Roh (baca juga Kis. 10:34-38). Yang menarik adalah, Petrus mengatakan bahwa pengalaman Kornelius sekeluarga sama seperti kepada kita pada waktu kita (diulang, ada dalam dua ayat 15 dan 17). Jika analisa peristiwa ini dibandingkan dengan analisa dalam 1Kor. 12:13, terlihat jelas ini tidak bertentangan. Kala aorist yang menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi hanya satu kali saja memperkuat apa yang disebut di sini, yaitu baptisan Roh terjadi satu kali saja pada saat seseorang menerima Kristus sebagai Juruselamatnya. Baptisan Roh – berdasarkan analisa luas dalam 1Kor. – berhubungan dengan status dan posisi kita di hadapan Tuhan pada saat menjadi percaya, tidak berhubungan dengan keadaan kita dalam kehidupan / pengalaman sehari-hari.
Menurut saya Edi, penjelasan di atas sudah menjawab apa itu baptisan dan kepenuhan Roh. Sekarang saya akan coba memaparkan – sebagaimana sering disinggung – hubungan antara baptisan dan kepenuhan Roh dengan glosolalia. Hal ini dikarenakan kalangan kharismatik – yang sesat (sesat tafsir itu) – mengatakan bahwa jika seseorang telah menerima baptisan dan kepenuhan Roh tanda-tandanya akan kelihatan dan tanda umumnya adalah glosolalia. Apakah ada hubungan erat antara baptisan dan golosolalia ? Apakah Yesus pernah mengajarkan kepada para murid tentang glosolalia ? Apakah para rasul menuntut dari jemaat mula-mula keharusan ber-glosolalia sebagai bukti mereka telah menerima baptisan dan kepenuhan Roh ?
Tidak ditemukan indikasi berdasarkan data dari Kis. 2 bahwa ke-3000 orang yang percaya berglosolalia, namun sangat jelas mereka telah menerima Roh Kudus. Kesimpulan ini juga berlaku sama dengan yang terjadi pada si lumpuh dalam Kis. 3, peristiwa ke-5000 orang yang percaya dalam Kis. 4, terhadap sida-sida Etiopia dalam Kis. 8, dan juga orang percaya lainnya (baca baik-baik Kis.13, 14 dan 16).
Secara sederhana, dipenuhi Roh berarti dikuasai / didominasi oleh hadirnya Pribadi dan Kuasa Roh Kudus dalam diri orang percaya, berada dibawah pengaruh / kendali Roh (baca Ef.5:18). Ketundukan dalam / pada Roh Kudus ini adalah tuntutan yang seharusnya ada di dalam diri seseorang secara terus menerus dan nyata terlihat dari luar oleh orang lain. Jadi, di sini terlihat lagi perbedaan antara baptisan dan kepenuhan Roh. Baptisan Roh terjadi hanya satu kali, yaitu pada saat menerima Kristus sebagai Juruselamat. Roh bekerja meyakinkan dia tentang keselamatan, peng-lahirbaru-an, pemeteraian, dan baptisan. Semua ini dikerjakan oleh Roh Kudus.
Hal yang menarik dalam tuturan Alkitab adalah bahwa orang yang dipenuhi Roh tidak pernah mengatakan, menggembar-gemborkan bahwa mereka dipenuhi Roh. Kepenuhan Roh yang mereka terima, mereka wujudkan dengan buah Roh, pelayanan di berbagai bidang. Jadi, di sini bisa dikatakan bahwa kepenuhan Roh bukanlah sesuatu yang aneh, lain, luar biasa dan juga tidak hanya sedikit orang yang dipenuhi oleh Roh. Melihat fenomena-fenoma orang yang sering berkata bahwa mereka dipenuhi Roh, ada beberapa hal yang harus dipertanyakan:
1.      Apakah sebenarnya motivasi orang-orang yang mencari-cari kuasa melalui baptisan dan kepenuhan Roh ?
2.      Apakah itu untuk kepuasan / kesenangan sendiri ?
3.      Untuk peningkatan mutu rohanikah ?
4.      Kalau untuk peningkatan rohani, mengapa cara mereka memperlakukan dan menafsir Alkitab sesat / salah-salah.
5.      Apakah Roh Kudus  juga yang menuntun penafsiran mereka yang tidak biblical exgetis ?
6.      Kalau Roh Kudus, kenapa bertentangan dengan kebenaran-kebenaran di tempat (teks / nas) yang lain ?
7.      Apakah Roh Kudusnya lupa ayat lain, sehingga ia menuntun untuk menafsirkan ayat itu seperti apa yang dikatakan penafsir ?
8.      Untuk memuliakan Kristuskah mereka mencari-cari kuasa melalui baptisan dan kepenuhan Roh ?
9.      Etc………….


[1] 1Kor. 12:13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Teks Yunaninya adalah: και γαρ εν ενι πνευματι ημεις παντες εις εν σωμα εβαπτισθημεν ειτε ιουδαιοι ειτε ελληνες ειτε δουλοι ειτε ελευθεροι και παντες εις εν πνευμα εποτισθημεν. Kata yang saya tebalkan dan garis bawahi adalah kata yang harus diteliti, karena disitulah letak kesalahan dalam interpretasi jika disalah mengerti.
[2] Ef. 5:18 Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh. Teks Yunaninya adalah: και μη μεθυσκεσθε οινω εν ω εστιν ασωτια αλλα πληρουσθε εν πνευματι. Kata yang saya tebalkan dan garis bawahi adalah kata yang harus diteliti, karena disitulah letak kesalahan dalam interpretasi jika disalah mengerti.

selengkapnya bisa dibaca di sini
»»  Lanjutkan Membaca...........