follow me via twitter

Senin, 13 Februari 2012

YAKIN KEPADA DIRI SENDIRI



YAKINAN KEPADA DIRI SENDIRI
YAKOBUS 4:13-17[1]
Siapa yang tidak mengenal Mario Teguh ?
Banyak orang berpendapat bahwa keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri adalah sesuatu yang sangat penting untuk bisa sukses, baik dalam hal bekerja, maupun study, olah raga, mencari pacar (termasuk juga dalam melayani Tuhan) dsb.
Apa Kata Alkitab (Kitab Yakobus) terhadap keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri:
Ay 13 menunjukkan orang yang mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri.
Adanya keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri itu menyebabkan orang itu bisa memastikan akan:
  • Kapan memulai sesuatu (‘hari ini atau besok’).
  • Tujuan (‘kota anu’).
  • Waktu yang diperlukan (‘1 tahun’).
  • Jenis usaha / kegiatan (‘berdagang’).
  • Hasil akhir (‘akan mendapat untung’).
Apakah Yakobus / Kitab Suci memuji orang itu karena keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri yang dimilikinya?
Baca ayat 16! Kata ‘salah’ (ay 16) dalam bahasa yunaninya ponhros diterjemahkan evil (= jahat, buruk). Jadi jelas bahwa Yakobus bukannya memuji tetapi sebaliknya bahkan mengecam orang itu.
Dan yang dikecam Yakobus bukanlah:
·         Pekerjaan orang itu / berdagang / keinginan untuk mendapat untung. Ini tidak salah!
·         Perencanaan untuk masa depan.
Contoh yang salah dalam penginterpretasian Firman Tuhan:
Matius 6:25-34[2], bahwa kita tidak boleh merencanakan masa depan. Perencanaan dianggap sebagai bukti bahwa kita kurang beriman dan itu adalah dosa.
Tetapi ajaran semacam ini adalah salah kalau dibandingkan dengan  Kejadian 41:34-36[3] atau Amsal 6:6-8[4]. Jelas bahwa perencanaan untuk masa depan itu tidak bertentangan dengan iman, tidak salah, dan bahkan harus dilakukan.
Yang dikecam Yakobus adalah keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri orang itu.
Sisi buruk dari keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri:
1.      Keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri menyebabkan seseorang berusaha tanpa bimbingan ataupun pertolongan Tuhan.
Lihat ay 13 lagi. Orang itu sedikitpun tidak berdoa untuk meminta pimpinan Tuhan ataupun untuk meminta penyertaan, pertolongan dan berkat Tuhan. Ia yakin dirinya sendiri bisa melakukannya dengan sukses tanpa Tuhan.
Penerapan: Mungkin sekali saudara tetap berdoa untuk meminta pimpinan dan pertolongan Tuhan sekalipun saudara adalah orang yang mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri. Tetapi kalau demikian halnya, saya percaya bahwa doa saudara itu adalah doa yang tidak sungguh-sungguh dijiwai! Saudara mungkin berdoa hanya seba­gai rutinitas, kebiasaan, kewajiban dsb. Dengan demikian pada hakekatnya saudara tidak berbeda dengan orang yang diceritakan oleh Yakobus ini.
2.      Merasa tahu, padahal tidak satu orangpun yang tahu apa yang terjadi besok (ay 14a  bdk. Amsal 27:1[5]).
Ay 13 kontras dengan ay 14! Ay 13 menunjukkan bahwa orang itu merasa pasti akan segala sesuatu. Tetapi ay 14 berkata ‘kamu tidak tahu’. Ay 13 mengatakan ‘satu tahun’, tetapi ay 14 mengatakan ‘besok’.
Kalau saudara begitu buta tentang apa yang akan terjadi besok, bagaimana saudara bisa mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri? Bagaimana kalau besok saudara sakit, tertimpa kecelakaan / musibah, kerampokan, atau bahkan mati? Apakah itu tidak menggagalkan rencana saudara?
3.      Merasa kuat, padahal manusia adalah makhluk yang lemah (ay 14b).
Ay 14b itu menunjukkan bahwa diri kita bersifat fana / sementara dan itu menunjukkan bahwa kita itu lemah. Jadi bagaimana kita bisa mempercayai diri sendiri? Kalau kita memang lemah, lalu bagaimana kita bisa menaruh keyakinan / kepercayaan kepada sesuatu / seseorang yang lemah?
Dalam Mark 14:29-31[6] terlihat bahwa Petrus mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri yang besar sekali. Tetapi hal itu justru membuat ia jatuh sangat dalam dengan menyangkal Yesus sebanyak 3 x sambil bersumpah dan mengutuk!
Kalau saudara terus hidup dalam keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri, maka ada saatnya Tuhan akan menghajar saudara dengan kejatuhan / kegagalan / penderitaan supaya saudara sadar akan kelemahan saudara!
4.      Kepercayaan terhadap diri sendiri adalah suatu kesombongan (ay 16).
Kata ‘congkak’ dalam ay 16, dalam bahasa Yunaninya adalah alazoneia. Kata ini biasanya ditujukan kepada penjual obat. Jadi orang yang mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri disamakan seperti penjual obat yang selalu menyombong­kan / membual tentang obatnya (bdk. Yoh 15:5).
Sikap kekristenan terhadap keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri:
1)   Berhenti, untuk bisa berpikir / merenung.
Kata-kata ‘jadi sekarang’ pada awal ay 13, dalam bahasa Yunaninya adalah age nun. Ini adalah suatu ungkapan yang menyuruh berhenti untuk berpikir dan merenung. Tanpa itu kita akan terus hidup dalam dosa keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri itu tanpa kita sadari.
Biasanya tiap orang (bahkan yang rendah diri sekalipun) mempunyai segi-segi kehidupan tertentu dimana ia merasa yakin akan dirinya sendiri.
Dalam ay 13 Yakobus menggunakan contoh tentang orang yang mau berdagang karena orang-orang Yahudi banyak yang berda­gang. Itu memang keahlian mereka dan karena itu dalam hal itu mereka punya keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri. Karena itu hati-hatilah dengan ‘kekuatan’ saudara! Itu adalah tempat dimana saudara mudah jatuh ke dalam dosa keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri (bdk. Simson dalam Hak 15:16-19 dan Hak 16:20).
Penerapan: Karena itu, berhentilah dari kegiatan-kegiatan saudara, renungkan tempat-tempat dimana saudara mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri. Lalu akuilah hal itu sebagai dosa, mintalah ampun kepada Tuhan dan mintalah supaya Ia mengubah saudara!
2)   Ingat dan sadarilah bahwa segala sesuatu hanya bisa terjadi kalau Allah menghendakinya (ay 15). ‘Kehendak Allah’ di sini menunjuk pada rencana / ketentuan Allah yang kekal.
Dan ay 15 itu mengatakan bahwa baik hidup kita maupun tindakan / perbuatan kita tergantung sepenuhnya pada kehen­dak Allah itu. Hanya kalau Allah menghendaki barulah kita bisa hidup dan berbuat ini dan itu (bdk. Kis 17:28; I Kor 8:6; Maz 31:16; 127:1; Ams 16:1, 9).
Kalau kita selalu menyadari hal itu maka kita tidak akan punya keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri.
Pertanyaan: Haruskah kita betul-betul mengucapkan kata-kata ‘Jika Tuhan menghendakinya’ seperti dalam ay 15? Paulus sering mengucapkan kata-kata seperti itu (Kis 18:21; Ro 1:10; I Kor 4:19; 16:7), tetapi di tempat lain Paulus mengucapkannya secara implicit (Ro 15:24). Yohanes juga mengucapkannya secara implicit (III Yoh 10).
Jadi boleh saja kita mengucapkan kata-kata seperti itu asal tidak sekedar menjadi kebiasaan. Tetapi yang penting bukan­lah mengucapkan kata-kata itu, tetapi kesadaran dalam hati dan pikiran kita bahwa segala sesuatu hanya bisa terjadi kalau itu adalah kehendak Tuhan.
3)   Ubahlah keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri itu menjadi keyakinan / kepercayaan kepada ALLAH.
Kata “sebenarnya” dalam bahasa Yunaninya anti, arti yang lebih pas “sebagai gantinya” atau “sebaliknya”.
Kalau Kitab Suci melarang kita mempunyai keyakinan / kepercayaan kepada diri sendiri, itu tidak berarti bahwa semua orang kristen harus menjadi orang yang rendah diri, pesimis dan selalu ragu-ragu / kuatir. Ini tidak beriman! Kita harus melakukan segala sesuatu dengan yakin, tetapi keyakinan itu tidak boleh kita letak­kan pada diri kita sendiri, tetapi kepada Tuhan. Ini terli­hat dari ay 15 yang berbunyi ‘jika Tuhan menghendakinya....’ (bdk. Fil 4:13).
Tetapi kita tidak akan bisa mempunyai keyakinan seperti ini kecuali kalau kita yakin bahwa apa yang kita lakukan itu sesuai dengan kehendak Tuhan.
Contoh: Daud dalam I Sam 17:31-47. Ia yakin bahwa Tuhan menghendakinya untuk berkelahi melawan Goliat dan pada waktu ia maju untuk berkelahi, ia yakin ia akan menang. Tetapi ia meletakkan keyakinananya kepada Tuhan, bukan pada dirinya sendiri.
Contoh lain: Yonatan dalam I Sam 14:6-15.
Hal tersebut di atas harus dilakukan. Kalau tidak dilakukan ayat 17 mengatakan itu adalah dosa! Dosa karena tidak melakukan apa yang baik.
BERGANTUNGLAH[7] SEPENUHNYA KEPADA TUHAN[8].


[1] Yakobus 4:13-17: “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
[2] Matius 6:25-34:  "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
[3] Kejadian 41:34-36: “Baiklah juga tuanku Firaun berbuat begini, yakni menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang ini dan, di bawah kuasa tuanku Firaun, menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan, serta menyimpannya. Demikianlah segala bahan makanan itu menjadi persediaan untuk negeri ini dalam ketujuh tahun kelaparan yang akan terjadi di tanah Mesir, supaya negeri ini jangan binasa karena kelaparan itu."
[4] Amsal 6:6-8: “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.
[5] Amsal 27:1 Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.
[6] Markus 14:29-31 Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Tetapi dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lain pun berkata demikian juga.
[7] Ibarat seorang perokok kalau tidak merokok akan stress berat.
[8] Baca Yeremia 17:7-8: “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar