follow me via twitter

Rabu, 28 Desember 2011

JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN

Tema              : Jiwaku Memuliakan Tuhan
Pengkhotbah : Pdt. Albert Sutanto
Nats Alkitab   : Luk 1 : 46 - 56

Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:38)
Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan” (Luk 1:46)
Dari dua ayat ini ada hal atau catatan yang perlu kita ketahui:
1. Maria berkata: “..aku ini adalah hamba Tuhan”.
Konsep kita, hamba Tuhan adalah penginjil. Apakah Maria adalah seorang hamba Tuhan tamatan sekolah teologia? Tidak. Maria adalah seorang wanita Yahudi. Wanita bagi bangsa Yahudi memiliki kelas yang rendah. Wanita hanya sebagai pelengkap pria. Dia harus menjadi pekerja keras, tidak boleh tampil di depan umum.
Saya pernah bertemu dengan seorang Katholik di sebuah pesawat yang menanyakan pendapat saya mengenai Bunda Maria. Saya mengatakan bahwa Maria adalah seorang yang dipilih, diberkati, seorang yang berbahagia, tetapi jangan melebih-lebihkan. Karena Maria mengaku bahwa dirinya hanyalah seorang hamba. Kita tidak menyembah hamba Tuhan tetapi menyembah Tuhan.
2. Maria berkata: “Jiwaku memuliakan Tuhan”.
Pada waktu Elisabet berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk 1:42). “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:46).
Pada waktu dipuji, Maria mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan.
Kalau diberkati, kita harus memuliakan Tuhan. Tapi kita kadang tidak berkata seperti Maria. Orang Kristen banyak mengalami kasih karunia Tuhan tapi lupa mengembalikan kemuliaan kepada Tuhan. Orang Kristen kadang lupa beribadah walaupun hanya satu kali seminggu.
“Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka, supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga.” (Kis 17:26-28)
Mengapa kita perlu memuliakan Tuhan?
1.      Karena kita adalah ciptaan Tuhan.
2.      Karena manusia sudah jatuh dalam dosa tetapi Allah masih memperhatikan manusia bahkan menyelamatkan melalui karya Kristus. Dalam Mzm 8:5 Daud berkata: “apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
3.   Karena dalam perjalanan hidup kita, kalau bukan karena kasih Tuhan, kita akan celaka karena harus hidup dengan konsekuensi sebagai orang berdosa.
Bagaimana memuliakan Tuhan?
1.      Melalui Tubuh.
I Kor 6:20 berkata “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! Melalui tubuh, pikiran, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, kita memuliakan Tuhan.
2.      Melalui Talenta / Kepintaran.
Orang dunia menyebut talenta sebagai bakat. Bakat kita warisi dari orang tua. Orang Kristen menyebutnya karunia atau talenta. Talenta bisa berasal dari bakat yang dipakai untuk Tuhan. Misal karunia untuk menyanyi atau memainkan musik. Karunia adalah kepintaran yang dipakai untuk memuliakan Tuhan. Ada penyanyi yang memiliki bakat, setelah bertobat bakat bernyanyinya dipakai untuk memuliakan Tuhan. Paulus sebelum bertobat adalah seorang yang pandai bicara. Setelah bertobat, kepandaiannya dipakai untuk memuliakan Tuhan. Semua orang memiliki talenta.
3.      Melalui Waktu
Kita melayani di dalam waktu. Jangan kita berkata kita tidak punya waktu. Hanya orang mati yang tidak punya waktu. Orang hidup pasti punya waktu tapi perlu di-manage.
4.      Dengan Hartamu.
Alkitab berkata: “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu” (Ams 3:9). Kalau kita ingin memuliakan Tuhan dengan harta, harus dengan segenap hati, dengan seluruh kedamaian dan kebahagiaan. Mempersembahkan tidak usah melihat yang lain. Mempersembahkan harus berkorban, tidak mengharapkan imbalan. Mempersembahkan harus dengan kerelaan, jangan mengatur apa yang telah dipersembahkan. Mempersembahkan harus dengan sukacita, dengan kesadaran mengapa saya memberikan persembahan.
Marilah kita belajar seperti Maria: “Aku ingin memuliakan Tuhan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar