Oleh: Pdt Dr Mangisi SE Simorangkir[1]
Pendahuluan.
Pokok-pokok ajaran Martin Luther (ML)
termasuk cukup luas, mulai dari pandangan teologisnya tentang Kitab Suci,
Allah, keselamatan, akal budi, sampai kepada baptisan dan sakramen. Tetapi ML
juga menonjol dalam pembenaran oleh iman, Imamat Am Orang Percaya, teologi
salib dan kebebasan orang Kristen.[2]
Jan S. Aritonang menetapkan 4 pusat ajaran ML: firman dan sakramen, Perjamuan
Kudus, jabatan dan tata gereja, dan tata ibadah.[3]
Namun ML juga menonjol dalam teologi politik, khususnya tentang ajaran dua
kerajaan, pemisahan kekuasaan rohani dan duniawi.[4]
Karena itu, izinkan kami dalam kesempatan ini memilih sebuah entry point ke
dalam tema kita, “pembangunan jemaat dewasa ini”, yaitu membicarakan ulang
Katekhismus Kecil Martin Luther (KK) secara singkat.
Apa yang kita bangun di dalam jemaat?
Gedungnyakah? Organisasinyakah? Atau kerohaniannya? Yang terakhir akan menjadi
pilihan kita sekarang, walaupun bagian yang pertama dan kedua tetap penting
juga, sebab kita butuh sarana buat membangun kerohanian. Contoh yang sederhana,
mis. bahwa dalam menerapkan sistem pembagian kelas buat Sekolah Minggu,
kita membutuhkan gedung atau ruangan-ruangan yang cukup untuk dapat menampung
pembagian kelas itu. Bangunan penting, tetapi pembangunan kerohanian jauh lebih
penting, sebagaimana ML berkata: “Tidak ada alasan lain untuk membangun gereja,
kecuali orang-orang Kristen dapat datang bersama-sama untuk berdoa, mendengarkan
khotbah dan menerima sakramen”.[5]
Karena itu tema kita hari ini menantang mutu pelayanan gereja, yang cenderung
lebih mengutamakan pembangunan gedung dari pada pembangunan manusia.
Tema kita akan lebih dipersempit lagi,
sebab ada banyak hal di seputar pembangunan kerohanian di dalam jemaat, yang
dalam kurikulum STT bisa kira-kira disamakan dengan apa yang disebut sebagai
PAK Jemaat, sebuah bidang yang luas. Salah satu unsur pembangunan kerohanian
itu adalah bagaimana membangun akhlak, perilaku atau karakter dari warga
jemaat. Kita akan lebih memberikan perhatian kepada soal bagaimana agar KK
menjadi sebuah alat dalam upaya pembangunan jemaat.
Kelanjutan artikel ini bisa di download di sini
Kelanjutan artikel ini bisa di download di sini
Sumber: Pdt. DR. M. S. E. Simorangkir
[2] Lih. Paul Althaus, The Theology of
Martin Luther, trans. Robert Schultz, Philadelphia: Fortress Press, 1966.
[3] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di
Dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta: BPK, 2000, hlm. 44-50.
[4] Lih. Mangisi S.E. Simorangkir, Ajaran
Dua Kerajaan Luther dan Relevansinya di Indonesia, Pematangsiantar:
Kolportase Pusat GKPI, 2008.
[5] A. Munthe, Martin Luther – Riwayat
Hidup dan Kata-kata Mutiara, Pematangsiantar: Kolportase GKPS, 1983, butir
44.
Tidak ada komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) :f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar